BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah
sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban
menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering
dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan
pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan
yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan
semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai individu terdidik.
Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia
cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan
informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek
didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin
tidak relevan lagi, mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang
dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang
dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan
berubah-ubah, tidak mutlak. Dasar pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan
saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak
untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya
menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu
terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Kami merumuskan
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimana
definisi psikologi dan psikologi
pendidikan?
2.
Apa yang
menjadi lingkupan kajian landasan psikologi pendidikan?
3.
Faktor-faktor
apa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
4.
Bagaimana
pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka ada beberapa
tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk:
1. Mengenal psikologi dan psikologi pendidikan.
2. Mengetahui ruang lingkup kajian landasan
psikologi pendidikan.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar.
4. Memahami pentingnya landasan psikologi dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Psikologi dan Psikologi Pendidikan
A. Psikologi
Secara
harfiah atau etimologis, psikologi berasal dari kata "psyche" yang
berarti jiwa dan "logos" yang berarti ilmu. Psikologi mengandung
makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa
manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia.
Kajian tentang kejiwaan manusia telah; dilakukan sejak lama akan tetapi masih
dalam lingkungan kajian filsafat dan psikologi sebagai ilmu yang berdiri
sendiri dimulai sejak W. Wund membuka laboratorium psikologi yang pertama pada pada
tahun 1897 di Leipziq.
Seiring
dengan perkembangan llmu Pengetahuan, Teknologi dan zaman, psikologi sebagai
suatu disiplin ilmu juga mengalami perkembangan yang pesat dan meliputi
berhagai cabang ilmu yang dapat digolong-golongkan dengan berbagai cara.
Abimanyu
dan La Sulo mengemukakan bahwa dilihat dari segi objeknya, psikologi sebagai
suatu disiplin ilmu dibedakan atas psikologi umum dan psikologi khusus.
Psikologi umum ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala jiwa manusia, aktivitas
atau perilaku yang umum pada setiap manusia yang dapat diamati sedangkan
psikologi khusus ialah ilmu jiwa yang mempelajari atau mengkaji jiwa untuk
sekelompok manusia tertentu misalnya dari segi perbedaan usia, maka
dikelompokkan psikologi khusus menjadi beberapa bagian, yaitu ada psikologi
anak, psikologi remaja, dan psikologi perkembangan, dan sebagainya). Dari segi
keadaan atau latar belakang kehidupan manusia, maka psikologi khusus
dikelompokkan menjadi psikologi sosial, psikologi industri, psikologi
pendidikan, dan sebagainya.
B. Psikologi Pendidikan
Kajian psikologi pendidikan lebih berfokus kepada
kajian psikologis dalam memahami gejala-gejala psikologis peserta didik dalam
proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Witherington mengemukakan bahwa
psikologi pendidikan adalah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Sedangkan menurut
The American People of Encyclopedia bahwa psikologi pendidikan ialah cabang
dari psikologi yang berusaha untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologis
dalam memecahkan persoalan pendidikan.
Psikologi pendidikan dalam perkembangan menjadi
berbagai kajian dalam mengkaji tentang masalah-masalah yang dialami peserta
didik dalam proses pendidikan dan pembela,jaran di kelas. Berbagai kajian
tersebut misalnya kajian tentang psikologi belajar, psikologi mengajar, psikologi
bimbingan dan penyuluhan, dan sebagainya. Kesemua bidang kajian dari psikologi
pendidikan tersebut semuanya bermuara kepada usaha penciptaan proses belajar
mengajar yang efisien dan efektif dalam proses pendidikan dan pembelajaran di
kelas dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologis dalam mengetahui dan
memahami gejala aktivitas jiwa dan perilaku peserta didik dalam proses belajar
mengajar di kelas.
2.2 Ruang Lingkup Kajian Landasan Psikologi
Pendidikan
Landasan Psikologi Pendidikan mempelajari situasi
pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara
siswa dan guru, yang berlangsung dalam suatu lingkngan. Ruang lingkup bidang
kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan
dengan anak didik sebagai pusatnya yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam
situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajian hal-hal
lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan di kelas.[1]
Secara statis, kajian psikolog tentang siswa dalam situasi
pendidikan mencakup kajianm tentang gejala-gejala jiwa atau aktivitas dan
tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu perhatian,
pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berfikir sikap, minat, motivasi,
inteligensi, dan sebagainya dan kajian tentang perbedaan-perbedaan individual
antar individu-siswa yang mencakup perbedaan dari segi kepribadian,
inteligensi, bakat, minat, dan sebagainya.
Secara dinamis, yaitu mencakup kajian psikologi
tentang individu siswa dalam proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku
dan cara-cara penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup: perubahan
perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik
mengalami proses pematangan dan pendewasaan, perubahan perilaku karena belajar
yang merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan pembelajaran, cara-cara
mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan tersebut,
khususnya karena belajar.
Suardiman mengemukakan bahwa ada tiga elemen yang
menjadi pusat perhatian dalam pendidikan yang juga menjadi pusat perhatian oleh
para ahli psikologi pendidikan dan para guru, yaitu anak didik, proses belajar,
dan situasi belajar. Ketiga elemen ini saling berkaitan selalu sama lain.
1. Peserta didik
Tanpa kehadiran peserta didik di kelas di suatu
lembaga pendidikan tidak mungkin akan ada proses pembelajaran karena peserta
didik merupakan objek dari proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Peserta
didik diibaratkan seperti pembeli dalam suatu proses penjualan pasar yang akan membeli
(menerima) ilmu pengetahua dari guru sebagai transformator pengetahuan kepada
peserta didik yang berperan sebagai manusia yang belum dewasa untuk
didewasakan.
2. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran inilah yang kemudian menciptakan
hubungan antara pendidik dan peserta didik. Hubungan guru dengan siswa sebagai
peserta didik yang tercipta dengan baik, maka siswa akan senang kepada gurunya
dan juga akan menyukai materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga
siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Sebaliknya, jika hubung
guru dengan siswa kurang komunikatif dan harmonis, siswa akan membenci atau
tidak senang kepada gurun dan menyebabkan siswa tidak senang menerima pelajar
dari guru tersebut, akibatnya siswa tidak sukses bela dalam mata pelajaran
tersebut.
3. Situasi belajar
Situasi belajar yang dimaksudkan yaitu kondisi yang
mempengaruhi siswa atau proses belajar, seperti ruang kelas, ruang
perpustakaan, dan ruang laboratorium merupakan lingkung belajar yang sangat
mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar tersebut.[2]
Kondisi lingkungan di ruang kelas, di ruang
perpustakaan, dan di ruang laboratorium sangat mempengaruhi kesuksesan belajar
bagi peserta didik dan kesuksesan mengajar bagi guru. Ruang kelas,
perpustakaan, dan ruang laboratorium yang memiliki fasilitas belajar yang
memadai, kondisinya tenang, sirkulasi udara yang lancar, dan cukup luas untuk
menampung jumlah siswa yang ideal, la merupakan situasi belajar menyenangkan
yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta dalam belajar dan
minat dan motivasi mengajar bagi guru.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan
fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik.
Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor
fisiologis dan faktor psikologis.[3]
A.
Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material
pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi
individual subjek didik. Material pembelajaran turut menentukan bagaimana
proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting
bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat
kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi material pembelajaran dari
tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
1.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan
lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam
yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar
padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari.
Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang
kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
2.
Faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat
keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat
keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya
sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik
harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini
seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
3.
Faktor kondisi individual subjek didik, termasuk ke
dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik
yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki
kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
B.
Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas
secara terpisah, seperti: perilaku individu, termasuk perilaku belajar,
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir
saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan,
pikiran dan motifasi.
a.
Perhatian
Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam
belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh
besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek
didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran
tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik
yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran, debat dan sebagainya.
b.
Pengamatan
Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh
dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting
artinya bagi pembelajaran. Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek
didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan.
Pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat
peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang
optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang
dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.
c.
Ingatan
Ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau
mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun
demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah
seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi.
Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian
berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan
tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Para pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik
dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material
pembelajaran yang telah diberikan.
d.
Berfikir
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya.
Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki
kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu
diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan
bukannya melemahkannya.
e.
Motifasi
Motifasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi
timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat
menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif
ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik
sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar
membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Motif ekstrinsik bisa dihadirkan melalui siasat “self
competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui
grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan
sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.
2.4 Pentingnya Landasan Psikologi dalam
Pendidikan
Psikologi
pendidikan ialah untuk memahami tingkah laku murid dalam proses pengajaran dan
pembelajaran melalui pemerhatian oleh guru. Dengan cara ini, guru dapat membina
kebolehan membuat jangkaan tingkahlaku alternative yang diperlukan untuk
menggantikan tingkahlaku yang tidak dikehendaki.
Pendidik membutuhkan pengetahuan tentang psikologi
dalam interaksi pendidikan. Banyak segi, aspek, unsur dan hubungan yang
membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga banyak perlakuan, tindakan,
layanan yang memerlukan dasar-dasar atau prinsip psikologis, dan banyak masalah
yang perlu dianalisis dan diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis.
Studi atau ilmu yang mempelajari penerapan dasar dan prinsip-prinsip, metode,
teknik dan pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
dalam pendidikan ini disebut “Landasan Psikologi dalm Prose Pendidikan” atau
secara singkat “Landasan Psikologi Proses Pendidikan”, yang secara umum atau
lebih popular disebut Psikologi Pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan Psikologi Pendidikan mempelajari situasi
pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara
siswa dan guru, yang berlangsung dalam suatu lingkungan.
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis
terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan
pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan
belajar. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara
psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan
apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama
studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi
pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan
para peserta didik, yang berlangsung dalam suatu situasi
pendidikan.Sesungguhnya situasi pendidikan itu tidak hanya berlangsung di
sekolah, yaitu di rumah, di lingkungan kerja dan masyarakat, sebab pada
lingkungan-lingkungan tersebut juga terjadi interaksi-interaksi pendidikan.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni
persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen
utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang
dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan
fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang
besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Daftar
Pustaka
-
Makmun, Abin
Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
-
Syah, Muhibbin.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT
Raja Grafindo.
-
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
-
Surya, Moh. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.
Bandung PPB - IKIP Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar