Pages - Menu

Rabu, 17 April 2013

Pengantar Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai individu terdidik.
Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan  informasi itu, semakin tidak relevan lagi, mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak. Dasar pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Kami merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana definisi  psikologi dan psikologi pendidikan?
2.      Apa yang menjadi lingkupan kajian landasan psikologi pendidikan?
3.      Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
4.      Bagaimana pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan?

1.3   Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka ada beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk:
1.      Mengenal psikologi dan psikologi pendidikan.
2.      Mengetahui ruang lingkup kajian landasan psikologi pendidikan.
3.      Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
4.      Memahami pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Mengenal Psikologi dan Psikologi Pendidikan
A.    Psikologi
Secara harfiah atau etimologis, psikologi berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa dan "logos" yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia. Kajian tentang kejiwaan manusia telah; dilakukan sejak lama akan tetapi masih dalam lingkungan kajian filsafat dan psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri dimulai sejak W. Wund membuka laboratorium psikologi yang pertama pada pada tahun 1897 di Leipziq.
Seiring dengan perkembangan llmu Pengetahuan, Teknologi dan zaman, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu juga mengalami perkembangan yang pesat dan meliputi berhagai cabang ilmu yang dapat digolong-golongkan dengan berbagai cara.
Abimanyu dan La Sulo mengemukakan bahwa dilihat dari segi objeknya, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu dibedakan atas psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala jiwa manusia, aktivitas atau perilaku yang umum pada setiap manusia yang dapat diamati sedangkan psikologi khusus ialah ilmu jiwa yang mempelajari atau mengkaji jiwa untuk sekelompok manusia tertentu misalnya dari segi perbedaan usia, maka dikelompokkan psikologi khusus menjadi beberapa bagian, yaitu ada psikologi anak, psikologi remaja, dan psikologi perkembangan, dan sebagainya). Dari segi keadaan atau latar belakang kehidupan manusia, maka psikologi khusus dikelompokkan menjadi psikologi sosial, psikologi industri, psikologi pendidikan, dan sebagainya.



B.     Psikologi Pendidikan
Kajian psikologi pendidikan lebih berfokus kepada kajian psikologis dalam memahami gejala-gejala psikologis peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Witherington mengemukakan bahwa psikologi pendidikan adalah suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Sedangkan menurut The American People of Encyclopedia bahwa psikologi pendidikan ialah cabang dari psikologi yang berusaha untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan persoalan pendidikan.
Psikologi pendidikan dalam perkembangan menjadi berbagai kajian dalam mengkaji tentang masalah-masalah yang dialami peserta didik dalam proses pendidikan dan pembela,jaran di kelas. Berbagai kajian tersebut misalnya kajian tentang psikologi belajar, psikologi mengajar, psikologi bimbingan dan penyuluhan, dan sebagainya. Kesemua bidang kajian dari psikologi pendidikan tersebut semuanya bermuara kepada usaha penciptaan proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologis dalam mengetahui dan memahami gejala aktivitas jiwa dan perilaku peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas.

2.2   Ruang Lingkup Kajian Landasan Psikologi Pendidikan
Landasan Psikologi Pendidikan mempelajari situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara siswa dan guru, yang berlangsung dalam suatu lingkngan. Ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan dengan anak didik sebagai pusatnya yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajian hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan di kelas.[1]
Secara statis, kajian psikolog tentang siswa dalam situasi pendidikan mencakup kajianm tentang gejala-gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berfikir sikap, minat, motivasi, inteligensi, dan sebagainya dan kajian tentang perbedaan-perbedaan individual antar individu-siswa yang mencakup perbedaan dari segi kepribadian, inteligensi, bakat, minat, dan sebagainya.
Secara dinamis, yaitu mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara-cara penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup: perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik mengalami proses pematangan dan pendewasaan, perubahan perilaku karena belajar yang merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan pembelajaran, cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan tersebut, khususnya karena belajar.
Suardiman mengemukakan bahwa ada tiga elemen yang menjadi pusat perhatian dalam pendidikan yang juga menjadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan para guru, yaitu anak didik, proses belajar, dan situasi belajar. Ketiga elemen ini saling berkaitan selalu sama lain.
1.      Peserta didik
Tanpa kehadiran peserta didik di kelas di suatu lembaga pendidikan tidak mungkin akan ada proses pembelajaran karena peserta didik merupakan objek dari proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Peserta didik diibaratkan seperti pembeli dalam suatu proses penjualan pasar yang akan membeli (menerima) ilmu pengetahua dari guru sebagai transformator pengetahuan kepada peserta didik yang berperan sebagai manusia yang belum dewasa untuk didewasakan.
2.      Proses pembelajaran
Proses pembelajaran inilah yang kemudian menciptakan hubungan antara pendidik dan peserta didik. Hubungan guru dengan siswa sebagai peserta didik yang tercipta dengan baik, maka siswa akan senang kepada gurunya dan juga akan menyukai materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Sebaliknya, jika hubung guru dengan siswa kurang komunikatif dan harmonis, siswa akan membenci atau tidak senang kepada gurun dan menyebabkan siswa tidak senang menerima pelajar dari guru tersebut, akibatnya siswa tidak sukses bela dalam mata pelajaran tersebut.
3.      Situasi belajar
Situasi belajar yang dimaksudkan yaitu kondisi yang mempengaruhi siswa atau proses belajar, seperti ruang kelas, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium merupakan lingkung belajar yang sangat mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar tersebut.[2]
Kondisi lingkungan di ruang kelas, di ruang perpustakaan, dan di ruang laboratorium sangat mempengaruhi kesuksesan belajar bagi peserta didik dan kesuksesan mengajar bagi guru. Ruang kelas, perpustakaan, dan ruang laboratorium yang memiliki fasilitas belajar yang memadai, kondisinya tenang, sirkulasi udara yang lancar, dan cukup luas untuk menampung jumlah siswa yang ideal, la merupakan situasi belajar menyenangkan yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta dalam belajar dan minat dan motivasi mengajar bagi guru.

2.3   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis.[3]
A.    Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik. Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.
1.      Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
2.      Faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
3.      Faktor kondisi individual subjek didik, termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
B.     Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah, seperti: perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motifasi.
a.      Perhatian
Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran, debat dan sebagainya.
b.      Pengamatan
Pengamatan merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran. Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan.
Pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.
c.       Ingatan
Ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Para pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
d.      Berfikir
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya.
e.       Motifasi
Motifasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Motif ekstrinsik bisa dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.

2.4   Pentingnya Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Psikologi pendidikan ialah untuk memahami tingkah laku murid dalam proses pengajaran dan pembelajaran melalui pemerhatian oleh guru. Dengan cara ini, guru dapat membina kebolehan membuat jangkaan tingkahlaku alternative yang diperlukan untuk menggantikan tingkahlaku yang tidak dikehendaki.
Pendidik membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan. Banyak segi, aspek, unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga banyak perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau prinsip psikologis, dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis. Studi atau ilmu yang mempelajari penerapan dasar dan prinsip-prinsip, metode, teknik dan pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan ini disebut “Landasan Psikologi dalm Prose Pendidikan” atau secara singkat “Landasan Psikologi Proses Pendidikan”, yang secara umum atau lebih popular disebut Psikologi Pendidikan.


BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
Landasan Psikologi Pendidikan mempelajari situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara siswa dan guru, yang berlangsung dalam suatu lingkungan.
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan para peserta didik, yang berlangsung dalam suatu situasi pendidikan.Sesungguhnya situasi pendidikan itu tidak hanya berlangsung di sekolah, yaitu di rumah, di lingkungan kerja dan masyarakat, sebab pada lingkungan-lingkungan tersebut juga terjadi interaksi-interaksi pendidikan.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.


Daftar Pustaka


-          Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
-          Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
-          Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
-          Surya, Moh. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung.


[1] Soerjabrata (1974:6-13)
[2] (Suardiman, 1988:7).
[3] (Depdikbud, 1985 :11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar