Abstrak
Substansi secara umum, penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas komponen-komponen utama berikut:
(1) Judul Penelitian, (2) Latar Belakang Penelitian, (3) Rumusan Masalah
Penelitian, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kajian Pustaka, (7)
Metode Penelitian yang mencakup unsur-unsur: (a) Subjek dan Objek Penelitian, (b) Variabel Penelitian, (c)
Rancangan Tindakan, (d) Data dan Sumber Data, (e) Instrumen Penelitian
dan Teknik Pengumpulan Data, (f) Teknik
Analisis Data, (g) Indikator Keberhasilan, (8) Rencana
Anggaran, (9) Jadwal Penelitian, (10) Personalia Penelitian, (11) Daftar
Pustaka, (12) Lampiran-lampiran.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
Komponen Penyusunan PTK, Sistematika PTK
I.
PENDAHULUAN
Penyusunan laporan penelitian merupakan upaya terakhir untuk
mengkomunikasikan hasil yang diperoleh dari sebuah kegiatan penelitian. Laporan
penelitian merupakan bentuk karya tulis ilmiah yang disusun dengan maksud agar
hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian dapat disebarluaskan pada
masyarakat, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan . Di samping itu melalui
sebuah laporan penelitian para pembaca dapat memperoleh petunjuk penggunaan
prinsip-prinsip penelitian tersebut dalam kehidupan praktis.
Penulisan
laporan dalam bentuk karya ilmiah seperti makalah, skripsi, thesis, disertasi
laporan penelitian proyek, atau dalam bentuk karya tulis ilmiah lainnya
mempunyai peranan yang sangat besar bagi kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi. Suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan dengan baik, obyektif,
menyita waktu yang cukup lama dan menghabiskan biaya yang sangat besar, tidak
akan banyak manfaatnya apabila tidak disusun laporannya. Sebaliknya suatu
penelitian yang sederhana dilaksanakan dalam lingkup yang terbatas seperti
halnya penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru, namun apabila hasilnya
dilaporkan dalam bentuk karya tulis yang baik akan banyak manfaatnya, karena
mendapat tanggapan yang baik dari para pembacanya. Oleh karena itu setiap
peneliti dalam level mana pun perlu memiliki kemampuan untuk menuangkan hasil
penelitiannya ke dalam sebuah laporan penelitian yang baik dan disusun secara
sistematis.
Salah
satu hal yang harus dipenuhi dalam penelitian tindakan kelas adalah penyusunan
proposal, karena proposal menjadi syarat untuk mengajukan permohonan izin
penelitian. Penyusunan proposal perlu diperhatikan karena proposal menjadi
pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan tahap-tahap penelitiannya. Oleh karena
itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai proposal PTK beserta
komponen-komponennya.
II. KOMPONEN PENYUSUNAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A.
Judul
Penelitian
Judul PTK hendaknya dirumuskan secara singkat, padat,
spesifik dan tidak memberi kemungkinan penafsiran yang beragam, serta
mencerminkan permasalahan pokok yang akan dipecahkan. Formulasi judul dibuat
agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah
judul di tuliskan pula sub judul. Sub judul di tuliskan untuk menambah
keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat dan waktu penelitian.
Jumlah kata dalam
judul sebaiknya tidak lebih dari 20 kata, dan judul harus memberikan gambaran
tentang apa yang dipermasalahkan dalam PTK, misalnya masalah yang dikaji adalah
peningkatan efektifitas pembelajaran sejarah, dan bentuk tindakan yang akan
dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah adalah dengan mengembangkan
keterampilan intelektual siswa.
B.
Latar
Belakang Penelitian
Latar belakang masalah menguraikan kondisi objektif yang
mendorong PTK itu dilaksanakan. Kondisi ini merupakan hasil identifikasi guru
terhadap masalah proses pembelajaran yang diselenggarakan.
Penyusunan latar belakang masalah hendaknya dimulai dari
penghayatan permasalahan yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan
permasalahan yang agak khusus, baru setelah itu mengacu pada permasalahan yang
sangat khusus, misalnya mengenai ketidak efektifan pembelajaran sejarah,
permasalahan bisa dimulai dari fenomena yang terjadi ditingkat nasional,
propinsi, baru setelah itu mengacu pada permasalahan dikelas yang diteliti.
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoritik maupun kesenjangan praktis
yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah
ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar
dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat
dengan masalah yang akan diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk
diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.[1]
Latar belakang masalah berisi pemaparan atau
deskripsi permasalahan yang sedang terjadi. Biasanya, para peneliti
mengemukakan fakta yang seharusnya terjadi dengan fakta yang ada di lapangan
sehingga tampak jelas adanya kesenjangan atau permasalahan yang menuntut untuk
segera diatasi. Tidak lupa, setiap permasalahan yang diangkat harus ditunjukkan
bukti-bukti empirisnya.
Bagian ini juga
harus di kemukakan mengenai ide orisinal peneliti untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Tentu ide tersebut harus didukung dengan argumentasi dan berlandaskan
pada teori yang relevan. Bagian ini bukan wilayah kajian teori, tetapi boleh
menyinggung beberapa teori yang melandasi ide sang peneliti. Satu hal yang
perlu diingat adalah, bahwa bagian ini harus langsung menukik pada okus
permasalahan, sehingga tidak terkesan bertele-tele. [2]
C.
Rumusan
Masalah Penelitian
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara
tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan
masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup
masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembahasan masalah.[3]
Dalam kaitannya dengan langkah pertama ini, yakni
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, lebih dahulu di sajikan uraian tentang
ruang lingkup masalah dalam PTK. Ini penting agar dalam mengidentifikasi dan
merumuskan ruang lingkup masalah, kegiatan mengidentifikasi masalah tidak akan
keluar terlalu jauh menyimpang dari permasalahan yang sesungguhnya akan di
teliti.[4]
a.
Ruang lingkup
masalah
PTK
dilakukan untuk mengubah perilaku penelitiannya yaitu guru, perilaku orang lain
yaitu siswa, atau merubah kerangka kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada
gilirannya menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek
tersebut. Singkatnya, PTK dilakukan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan
praktik pembelajaran dalam situasi nyata.
Sesuai
dengan keragaman situasi lapangan, beragam pula konteks PTK, antara lain
sebagai berikut:
1. Berperan
sebagai pemacu dilakukannya tindakan, yang tujuannya adalah agar sesuatu
dilakukan secara lebih tepat guna.
2. Ditujukan
untuk keberfungsian personal, hubungan antarpribadi dan moral, berkenaan dengan
efisiensi kinerja, peningkatan motivasi dan keaktifan hubungan antar individu.
3. Difokuskan
pada analisis pekerjaan dan dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi dan efisiensi
professional.
4. Berkenaan
dengan inovasi dan perubahan serta cara melaksanakannya dalam system yang ada.
5. Difokuskan
pada pemecahan masalah dalam konteks pembelajaran tertentu yang memerlukan
pemecahan atau perbaikan.
Dalam konteks ini, beberapa contoh
bidang garapan PTK untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
diantaranya adalah:
1) Metode Mengajar, misalnya,
mengganti metode trdisional dengan
metode penemuan baru atau penerapan metode kreatif-bervariasi;
2) Strategi Belajar, misalnya,
penerapan pendekatan integrative dalam pembelajaran, pendekatan kontekstual,
pendekatan kolaboratif, pendekatan eksperiansal, pendekatan jigsaw dan
sebagainya;
3) Prosedur Evaluasi, misalnya,
meningkatkan penggunaan metode penilaian berkelanjutan, penilaian berbasis
kelas, penilaian portofolio, dan sebagainya;
4) Sikap dan Nilai, misalnya,
peningkatan motivasi timbulnya sikap dan kebiasaan belajar yang baik, atau
peningkatan sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan;
5) Pengembangan Profesional Guru, misalnya,
meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru,
meningkatkan kemampuan analisis, atau meningkatkan penghayatan profesi
keguruan;
6) Pengelolaan Dan Kontrol, misalnya,
pengenalan secara bertahap terhadap teknik-teknik modifikasi tingkah laku.
Karena
PTK harus mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, istilah masalah
tematiksebagaimana yang dikenalkan oleh Kemmis dan Mc Taggart perlu di pahami
juga oleh guru. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan beberapa contoh
berkenaan dengan masalah-masalah tersebut:
1. Masalah
tematik : mengembangkan kepekaan kurikulum dan pembelajaran terhadap lingkungan
rumah siswa.
Metode: meningkatkan keefektifan
interaksi guru dengan orang tua siswa.
2. Masalah
tematik: mengembangkan keaktifan dan penghayatan yang lebih mendalam pada diri
siswa terhadap pemikiran ilmiah.
Metode: menerapkan model
pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa dalam bidang sains.
3. Masalah
tematik: mengembangkan dan melestarikan warisan dwibudaya dalam masyarakat
kesukuan melalui pendidikan.
Metode: kurikulum dwibahasa dan
dwibudaya dengan melibatkan anggota masyarakat secara aktif dalam kegiatan
bahasa dan budaya di kelas.
b.
Identifikasi
masalah
Masalah
yang akan diteliti harus dirasakan dan identifikasi oleh guru sendiri sebagai
peneliti, meskipun dapat juga dilakukan dengan bantuan seorang fasilitator,
supaya merasa betul-betul terlibat dalam proeses penelitiannya. Masalahnya
terdapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam penerapan model pembelajaran,
penggunaan metode, penggunaan alat peraga, rendahnya keaktifan siswa dalam
pembelajaran, kreativitas belajar siswa, dan sebagainya. Pendek kata,
masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
Ada
beberapa criteria dalam penentuan masalah yaitu:
1. Masalah
harus penting bagi guru dan siswa serta perbaikan proses pembelajaran;
2. Masalah
harus realistis, artinya benar-benardirasakan sebagai sesuatu yang penting
untuk di teliti dan diperbaiki;
3. Masalah
harus bersifat problematic, artinya memang benar-benar menuntut untuk dilakukan
pemecahannya.
4. Masalah
harus mengandung manfaat yang jelas untuk perbaikan pembelajaran dan
peningkatan hasil belajar siswa;
5. Masalahnya
hendaknya berada dalam jangkauan penanganan. Artinya, jangan sampai meilih
masalah yang guru sendiri kesulitan untuk melakukannya.
6. Pernyataan
masalah harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai factor-faktor
penyebabnya sehingga upaya pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal
fundamental ini dan bukan berdasarkan fenomena yang bersifat dangkal.
Selain criteria diatas, sejumlah
criteria berikut ini juga sangat penting diperhatikan untuk menentukan masalah
dalam PTK, yaitu:
1) Masalah
yang akan diteliti dan dipeahkan diangkat dari praktik pembelajaran dikelas,
2) Penanganan
masalah dilakukan secara langsung dan segera pada saat itu juga,
3) Penelaahan
atau pencermatan terhadap ada-tidaknya perbaikan atau kemajuan dari tindakan
yang dilakukan harus lebih berfokus pada data hasil observasi dan data
perubahan perilaku daripada data dokumentasi,
4) Masalah
penelitian harus difokuskan untuk tujuan meningkatkan kualitas prktik
pembelajaran.
c.
Perumusan
masalah
Masalah
dalam PTK adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan
dalam kegiatan pembelajaran. Masalah-masalah tersebut hendaknya dideskripsikan
dengan jelas agar perumusan masalahnya dapat dibuat secara jelas pula. Pada
intinya rumusan masalah harus mengandung deskripsi secara jelas tentang
kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diinginkan.
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian harus sesuai dengan
rumusan masalah dan tindakan perbaikan. Dalam hal ini Anda harus ingat bahwa
tujuan penelitian berbeda dari tujuan perbaikan. Tujuan penelitian pada umumnya
berkisar pada mendeskripsikan atau mengumpulkan informasi atau menguji
hipotesis. Terkait dengan tujuan penelitian pada umumnya, maka PTK pada umumnya
bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil perbaikan. Dengan perkataan
lain tujuan ini berkaitan dengan mencari jawaban apakah tindakan perbaikan yang
kita lakukan berhasil mencapai perbaikan yang diharapkan, atau ada yang perlu
diubah pada daur (siklus) berikutnya.
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.
Paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus
konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian
sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan
formal. Sebagai contoh, PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi
siswa dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan setrategi PMB yang baru,
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar, dan sebagainya.
Pengujian dan pengembangan strategi PMB baru, bukan merupakan rumusan tujuan
PTK. Selanjutnya, ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverifikasi sacara
objektif. Lebih baik apabila dapat dikuantifikasikan supaya lebih jelas dan
terukur.
E.
Manfaat
Penelitian
Di samping tujuan PTK, perlu juga diuraikan
kemungkinan manfaat penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara
spesifik keuntungan-keuntungan yang diijinkan, khususnya bagi siswa sebagai
pelaksana langsung hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi
rekan-rekan guru lainya, serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru.
Berbeda dari konteks penelitian formal, manfaat bagi pengembangan ilmu
teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun
kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
F.
Kajian
Pustaka
Kajian teori memang sering diidentikkan dengan buku
dan sumber-sumber rujukan lain sebab memang di situlah khazanah teori itu
berada. Sayangnya, hal ini juga sering dijadikan sebagai alasan bagi para
peneliti, khususnya guru, untuk bermalas-malasan dan berkeluh kesah. Dengan
alasan tidak tersedia buku-buku pendukung yang dibutuhkan untuk melakukan
penelitian disekolah, guru kemudian enggan untuk melakukan PTK. Kemungkinan
lain, guru tidak mengetahui berada di buku apa teori-teori yang ia butuhkan
untuk melakukan penelitian itu. Di samping itu, factor budaya baca masih sangat
rendah di Negeri ini termasuk juga di kalangan guru menjadi kendala
tersendiri. Tidak mungkin sebuah proses kajian teori atau tinjauan pustaka bisa
dilakukan dengan baik apabila si peneliti tidak suka membaca, khususnya
buku-buku standar penelitian yang biasanya cukup berat.
Dengan demikian, mencari dan membaca buku-buku
tentang tema-tema yang relevan dengan judul PTK adalah sesuatu yang wajib
dilakukan. Bagaimana bisa seorang guru menyuruh anak-anak didiknya untuk rajin
membaca sedangkan ia sendiri tidak suka membaca dalam kesehariannya mereka?
Dengan cara apalagi seorang guru bisa memperbarui pengetahuannya jika ia tidak
pernah membaca?
Atas dasar ini, PTK sekaligus juga bisa menjadi
jembatan yang sangat ampuh untuk menjadi guru professional. Guru yang dapat melakukan
PTK dengan baik pasti memiliki kemampuan mengajar yang baik juga. Tetapi, guru
yang bisa mengajar dengan baik belum tentu dapat melakukan PTK dengan baik.
Mengapa bisa demikian? Hal ini tidak lain karena tingkat baca pada guru yang
mampu melakukan PTK.
Nah, dalam bagian kajian teori, guru harus mencari
dan memaparkan beragam yang mendukung ide untuk bertindak. Sekedar contoh,
seorang guru mempaunyai ide untuk menggunakan peraga dalam pembelajaran kimia
agar siswa lebih mudah menguasai konsep-konsep kimiawi. Maka, buku yang dibaca
adalah buku-buku alat peraga dan pelajaran kimia yang ingin diajarkan kepada
siswa. Dengan demikian, peneliti dapat menemukan alasan yang kuat dan
argumentasi yang akurat serta landasan teori yang kokoh untukmenguji coba idenya
tersebut.
Kesalahan yang sering terjadi pada bagian ini adalah
peneliti hanya menyebutkan arti suatu kata kunci secara harfiah yang tanpa
menjelasknnya secara lebih. Sekedar contoh, peneliti yang mengangkat judul “
Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran
Kima Kelas X di SMA Yogyakarta”, akan mendefinisikan kata-kata penggunaan, alat
peraga, peningkatan, konsep, kimia, dan seterusnya, sesuai maknanya dalam
kamus. Ini bukan teori namanya, tetapi hanya terjemahan harfiah secara bahasa.
Seharusnya, peneliti menggunakan teori tentang, misalnya, alat peraga dan
pelajaran kimia kelas X yang dicetuskan oleh seorang ahli pendidikan.
Kemudian, dari dua teori yang dikaji tersebut,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan alat [eraga dapat meningkatkan
pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dasar dalam pelajaran kimia. Dengan
demikian, secara teoritis, alat peraga dapat menjadikan sesuatu yang abstrak
menjadi sessuatu yang berbentuk konkrit atau sesuatu yang nyata dan dapat dipraktikkan.
Dengan demikian, diharapkan siswa akan lebih memahami konsep-konsep kimia
dasar.
G.
Metode
Penelitian
Yang
dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, maupun refleksi.
Langkah-langkah operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang
diuraikan pada bagian sebelumnya.
Pada bagian ini digambarkan tindakan apa yang yang
akan dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:
1. Subjek dan
Objek Penelitian
Subjek
penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks pendidikan di
sekolah, subjek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala sekolah.
Dalam kontek pembelajaran di sekolah, subjek penelitian umumnya adalah siswa.
Tetapi harus dijelaskan siswa kelas berapa, semester berapa pada tahun akademik
tertentu, hal ini karena terkait dengan asal masalah yang dirasakan oleh Guru
bersangkutan. Jika masalah dirasakan di kelas VIII semester I, maka sebagai
subyek penelitian adalah siswa kelas VIII semester I. Tentunya, klarifikasi
mengapa siswa di kelas VIII semester I itu digunakan sebagai subjek, harus
diungkapkan secara jelas.
Objek
penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu (1) objek yang mencerminkan proses
dan (2) objek yang mencerminkan produk. Objek yang mencerminkan proses
merupakan tindakan yang dilakukan berikut perangkat-perangkat pendukungnya.
Sedangkan objek yang mencerminkan produk merupakan masalah pembelajaran yang
diharapkan mengalami perbaikan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan.
Tanggapan
siswa cukup penting diperhitungkan sebagai objek penelitian, karena esensi
penelitian tindakan kelas adalah students satisfaction. Tanggapan siswa
tersebut juga dapat mencerminkan secara tidak langsung mengenai proses
tindakan. Tanggapan positif mencerminkan proses pembelajaran yang kondusif,
sedangkan tanggapan negatif mencerminkan proses pembelajaran yang kurang
kondusif.
2. Variabel
Penelitian
Dalam penelitian ini ditentukan variabel PTK yang
dijadikan titik–titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel
tersebut dapat berupa:[5]
a) variabel
masukan (input) yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber
belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya;
b) variabel
proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan
bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai
metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan
c) varaibel
keluaran (output) seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
3. Rancangan
Tindakan
Yang
dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, maupun refleksi.
Langkah-langkah operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang
diuraikan pada bagian sebelumnya.
Pada bagian ini digambarkan tindakan apa yang yang
akan dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:
a)
Perencanaan
Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan
sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior.
Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario
pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain–lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative–alternative
solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.[6]
Uraikan
langkah-langkah kolaborasi yang dilakukan, fakta-fakta empiris yang diperlukan
dalam rangka tindakan, sosialisasi esensi tindakan dan skenario pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada guru sejawat dan siswa, perangkat-perangkat
pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, lembaran-lembaran evaluasi
dan instrumen lain berikut kriteria penilaian yang akan disiapkan dan
dikembangkan.
b)
Implementasi/Pelaksanaan Tindakan
Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan
dilaksanakan. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan
diterapkan.
Uraikan
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dikembangkan
pada langkah perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran ini akan sesuai dengan
hakikat teori yang mendasari strategi pembelajaran, atau sesuai dengan sintaks
model pembelajaran yang diadaptasi. Langkah-langkah pembelajaran tersebut
hendaknya dibuat secara rinci, karena akan mencerminkan kualitas proses
pembelajaran yang akan dihasilkan.
c)
Observasi dan Interpretasi
Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang
prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari
implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.[7]
Observasi dilakukan terhadap
interaksi-interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang
dilakukan. Interaksi-interaksi yang dimaksud dapat mencakup interaksi antara
siswa dengan materi pelajaran, interaksi antar siswa, interaksi antara siswa
dengan guru. Oleh sebab itu, uraian secara jelas tindakan yang dilakukan
tertuju pada interaksi yang mana saja, bagaimana melakukan observasi, seberapa
sering obserbasi itu dilakukan, dan apa tujuan observasi tersebut.
Observasi
yang utuh akan mencerminkan proses tindakan yang berlangsung. Untuk memperoleh
data yang lebih akurat, observasi sering dilengkapi dengan perekaman dengan
tape atau video. Evaluasi biasanya dilakukan untuk mengukur obyek produk,
misalnya kualitas proses pembelajaran, sikap siswa, kompetensi praktikal, atau
tanggapan siswa. Untuk itu, uraikan evaluasi yang dilakukan, jenisnya dan
tujuannya, dan untuk mengukur apa evaluasi itu dilakukan.
d) Refleksi
Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis
terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang akan dilakukan, personal yang akan dilibatkan serta
kriteria dan rencana bagi tindakan berikutnya.[8]
Hasil
observasi selanjutnya direfleksi tingkat ketercapaiannya baik yang terkait
dengan proses maupun terhadap hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk memformulasikan
kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-kelemahaman dan atau
hambatan-hambatan yang mengganjal upaya dalam pencapaian tujuan secara optimal,
dan respon siswa. Refleksi ini harus dijelaskan secara rinci. Tujuannya adalah
untuk melakukan adaptasi terhadap strategi/pendekatan/metode-model pembelajaran
yang diterapkan, lebih memantapkan perencanaan, dan langkah-langkah tindakan
yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan tindakan selanjutnya.
4. Data dan
Sumber Data
Siapa atau
apa yang dapat dijadikan sumber data?. Mengingat tujuan PTK adalah perbaikan
dalam pembelajaran di kelas, tentu sumber data yang akurat berada dalam
lingkungan kelas itu sendiri. Utamanya adalah siswa, kemudian dokumen hasil
belajar, buku harian, jurnal pribadi guru seperti case study, foto laporan
pengamatan, hasil angket.[9]
Sumber
data penelitian hendaknya memadai yait tidak hanya berasal dari satu sumber dan
hendaknya ditinjau dari berbagai perspektif. Hal ini dimaksudkan agar peneliti
dapat memperoleh informasi yang lengkap sebagai dasar membuat keputusan
tindakan. Peneliti dapat memilah-milih mana sumber data utama dan mana sumber
data pendukung.
5. Instrumen
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini menguraikan apa saja data yang
dibutuhkan dan bagaimana data tersebut dikumpulkan. Instrumen sangat terkait dengan
obyek penelitian, utamanya obyek produk. Instrumen-instrumen tersebut misalnya:
pedoman observasi, checklist, pedoman wawancara, tes, angket, dan lain-lain.
Instrumen
penelitian sebagai alat pengumpul data memiliki peran peran yang sangat penting
dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian Anda ditentukan oleh
data yang terjaring melalui instrument penelitian. Bentuk instrument penelitian
yang harus Anda buat ditentukan oleh jenis teknik pengambilan datanya.oleh
karena itu, teknik pengambilan data yang Anda pilih harus mencapai tujuan
pengumpulan data yaitu untuk menjawab rumusan masalah. Jenis teknik pengambilan
data dan instrument penelitian yang bersesuaian dengan tujuan pengumpulan data.[10]
Disamping
itu, teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan degan jelas
seperti melalu pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi
aktifitas di kelas, (termasuk berbagai kemungkinan format dan atau alat bantu
rekam yang akan digunakan), penggambaran interaksi di dalam kelas (analisis
sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assessment dan
sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK tidak boleh
dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif sebagai
pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber data.[11]
6. Teknik
Analisis Data
Data yang
telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif. Jika
ada data kuantitatif, analisisnya paling banyak menggunakan statistik
deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan
simpangan baku amatan atau persentase amatan.
Teknik
analisi data kualitatif dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) yaitu
sebagai berikut:[12]
a)
Reduksi data; dilakukan dengan memilah-milih data yang
terkumpul. Data yang diambil adalah yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Tujuan reduksi data agar data lebih terarah dan lebih mudah dikelola.
b)
Penyajian data; data yang telah dipilah-pilih sesuai tujuan
kemudian disajikan ke dalam table. Semua data yang terumpul mulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi diatur dalam tabel
agar mempermudah dalam membaca data.
c)
Verivikasi data; dilakukan dengan cara triangulasi data
yaitu membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan hasil
wawancara, kemudian dibandingkan dengan hasil angket atau dibandingkan dengan
sumber data lainnya.tujuannya untuk mengecek apakah informasi yang terkumpul
tersebut akurat.
d) Penarikan simpulan; dilakukan
berdasarkan hasil dari semua data yang diperoleh.
7. Indikator Keberhasilan
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan
perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk
tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa
misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan
(jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang
patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.[13]
Indikator
keberhasilan disusun berdasarkan pengalaman yang telah lalu dan kondisi akhir
yang diinginkan yaitu perbaikan/peningkatan, serta dalam menentukan target
dipertimbangkan kemampuan siswa untuk mencapainya sehingga realistis dan tidak
muluk-muluk.
III. KESIMPULAN
Proposal adalah usulan tentang suatu kegiatan yang
memuat kerangka atau garis besar tentang kegiatan yang hendak dilaksanakan. Proposal
pada dasarnya merupakan peta acuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
peneliti yang memiliki tujuan memberi penjelasan kegiatan yang akan
dilaksanakan dan melukiskan kegiatan yang hendak dilaksanakan.
Format Proposal PTK pada umumnya berisi
komponen-komponen utama sebagai berikut: Judul Penelitian, Latar Belakang
Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Rencana Anggaran, Jadwal Penelitian,
Personalia Penelitian, Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran.
Adapun
sistematika laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) secara umum adalah sebagai berikut:
Halaman
judul
Halaman
pengesahan
Abstrak
Kata
pengantar
Daftar
isi
Daftar
gambar
Daftar
lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Penelitian
2.
Rumusan Masalah Penelitian
3.
Tujuan Penelitian
4.
Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kerangka Teoritis
2. Hasil Penelitian yang Relevan
3. Perumusan Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Subjek dan Objek Penelitian
2. Variabel Penelitian
3. Rancangan Tindakan
4. Data dan Sumber Data
5. Instrumen Penelitian dan Teknik
Pengumpulan Data
6. Teknik Analisis Data
7. Indikator
Keberhasilan,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a) Deskripsi Hasil Observasi Tindakan
b) Deskripsi hasil Tindakan
2. Pembahasan
BAB V PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Pustaka
Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan
Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya. Yogyakarta:
Gava Media
Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK
Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara
Suyadi. 2012. Penelitian Tindakan
Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: ANDI
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang
[1] Universitas Negeri Malang. 2000.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hlm.11
[2] Suyadi. 2012. Penelitian
Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: ANDI. Hlm.31
[3] Universitas Negeri Malang. 2000.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hlm.12
[4] Mohammad Asrori. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima. Hlm.88-91
[5] Muslich, Mansur. 2009.
Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 204
[6] Muslich, Mansur. 2009.
Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 204
[7] Ibid. Hal: 205
[8] Ibid. Hal: 205
[9] Daryanto. 2011. Penelitian
Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya. Yogyakarta:
Gava Media. Hal: 76
[10] Daryanto. 2011. Penelitian
Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya. Yogyakarta:
Gava Media. Hal: 78
[11] Muslich, Mansur. 2009.
Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 203
[12] Daryanto. 2011. Penelitian
Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya. Yogyakarta:
Gava Media.Hal: 84-85
[13] Muslich, Mansur. 2009.
Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 205
Tidak ada komentar:
Posting Komentar