BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu
bangsa akan dikenal karena kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu bangsa akan
dianggap maju kalau kalau mencapai kemajuan dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu
pengetahuan itu tidak lepas dari yang namanya pendidikan, baik itu formal atau
non formal.
Pendidikan
memang memiliki peran penting bagi tercapainya kemajuan. Selain itu proses
pendidikan bukan hanya berhubungan dengan proses pencapaian ilmu pengetahuan,
tetapi juga kematangan masyarakatnya secara psikis. Dan itu semua tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mendudukung dari pendidikan tersebut. Baik itu
dari faktor pendidik, yang dididik ataupun administrasi dari pendidikan
tersebut, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang mendudung bagi
terselengaranya sebuah pendidikan.
Ada
satu kesalahan dalam pendidikan kita, selama ini masih banyak pendidikan yang
hanya mengutamakan pendidikan brain based education. Artinya masih
banyak pendidikan di negara ini yang hanya melihat berhasil-tidaknya suatu
pendidikan dari nilai hasil belajar saja, tanpa melihat bagaimana emosional si
anak, psikis si anak, dan ahlak si anak.
Sudah
kita ketahui secara definisi, evaluasi merupakan salah satu dari factor
pendukung bagi lancarnya sebuah pendidikan, yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan dalam sebuah program. Karena kesalahan dalam melakukan evaluasi,
evaluasi yang dilakukan akhirnya tidak memiliki arti. Untuk itu dalam sebuah
sekolah perlu adanya seorang psikolog sekolah atau konselor yang bertujuan
untuk mengevaluasi anak didik dari segi psikis, emosional, kepribadian, dan
pergaulan sosialnya. Selain itu juga berfungsi untuk mengevaluasi dari segi
program kurikulum dan keguruan. Maka kemudian dalam dunia psikologi pendidikan
dikenal dengan yang namanya evaluasi psikologi pendidikan. Yang mana salah satu
tujuannya hal tersebut. Yang akan kita bahas lebih mendalam dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Kami merumuskan
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1.
Bagaimana
definisi dari prestasi belajar?
2.
Apakah pengertian Evaluasi
Prestasi Belajar?
3.
Apa
tujuan dan fungsi Evaluasi Prestasi Belajar?
4.
Apa macam-macam Evaluasi Prestasi
Belajar?
5.
Bagaimana
indikator ketercapaian Prestasi Belajar?
6. Bagaimana ranah Evaluasi
Prestasi Belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka ada beberapa
tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk:
1.
Mengetahui
definisi dari prestasi belajar
2.
Mengetahui dan memahami Evaluasi
Prestasi Belajar
3.
Memahami
tujuan dan fungsi Evaluasi Prestasi Belajar
4.
Mengetahui macam-macam Evaluasi Prestasi Belajar
5.
Mengetahui
indikator ketercapaian Prestasi Belajar
6.
Memahami ranah Evaluasi Prestasi Belajar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Prestasi Belajar
Istilah prestasi
belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.
Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467)
didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4)
menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses
yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil
dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya
tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan
sementara karena sesuatu hal.
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91)
mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di
antaranya adalah:
- Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational Psychology: The Teaching-Learning Process,berpendapat bahwa belajar adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).
- Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: …..acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience.Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua: ….process of acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan khusus.
- Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
- Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organisme’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relative menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
- Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,belajar adalah The process of accuiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kuran representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, yakni:
- Relatively permanent, yang secara umum menetap
- Respons Potentiality, kemampuan bereaksi
- Reinforce, penguatan
- Practise, praktik atau latihan
- Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tigkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif
(ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar
dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional
(tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau
pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.
Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai
dengan proses mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin
baik pula mutu perolehan pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor.
Adapun pengertian
belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling pelaku
belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir
dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan
nanti dihadapi pelaku belajar.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar
adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru”.
2.2 Evaluasi Prestasi Belajar
Istilah
Evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing
“Evaluation”. Dan sebagai panduan, menurut Benyamin S. Bloom (Handbook on
Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan bahwa:
Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan
dasar penetapan ada-tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada
diri siswa atau anak didik.
Evaluasi
artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam sebuah program. Kata lain yang sepadan dengan kata
evaluasi dan sering digunakan untuk menggantikan kata evaluasi adalah tes,
ujian dan ulangan. Istilah evaluasi biasanya digunakan untuk menilai hasil
belajar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi
Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian Akhir Nasional
(UAN).
Aktivitas belajar perlu
diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui
apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Istilah evaluasi sering
dikacaukan dengan pengukuran, keduanya memang ada kaitan yang erat, tetapi
sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata pengukuran mencakup
segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan. Sedangkan
evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran
maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat
keputusan-keputusan pendidikan.
Evaluasi dilaksanakan
berkenaan dengan situasi sesuatu aspek dibandingkan dengan situasi aspek lain
akhirnya terjadilah suatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang dari
berbagai segi. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan
situasi sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.
Adapun aspek-aspek
kepribadian yang harus diperhatikan merupakan objek di dalam pelaksanaan
evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, adalah sebagai berikut:
1.
Aspek-aspek
tentang berpikir, meliputi :inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data,
pokok-pokok pengajaran, dan pemikiran yang logis.
2.
Dari
segi perasaan sosialnya, meliputi: kerjasama dengan kawan sekelasnya, carabergaul,
cara pemecahan masalah, serta nilai-nilaisosial.
3.
Dari
kekayaan social dan kewarganegaraan, meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya
terhadap masalah-masalah social, politik, dan ekonomi.
Aspek-aspek tersebut masih dapat dirinci ke dalam
hal-hal yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keperluan atau tujuan
penilain.
2.3
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar
Tujuan evaluasi dapat dilihat
dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak,
menegaskan bahwa:
1.
Tujuan
Umum dari evaluasi adalah sebagai
berikut:
- Mengumpulkan data-data yang
membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
- Memungkinkan pendidik/guru
menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
- Menilai metode belajar yang
dipergunakan
2.
Tujuan
Khusus dari evaluasi adalah sebagai
berikut:
- Merangsang kegiatan siswa
- Menemukan
sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
- Memperbaiki
mutu pelajaran/cara belajar atau metode belajar.
- Memberikan
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
- Memperoleh
bahwa laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oreang tua dan lembaga
pendidikan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, evaluasi mempunyai fungsi
yang amat penting, yaitu :
- Untuk
menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
- Untuk
memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi
murid.
- Untuk
memberikan angka yang tepet tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap
murid.
2.4 Macam-macam Evaluasi Prestasi Belajar
Biasanya evaluasi di bagi menjadi empat jenis, yaitu : evaluasi formatif,
evaluasi suatif, evaluasi placement, dan evaluasi diagnostik.
1.
Evaluasi Formatif
- Fungsi:
untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik ,
atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
- Tujuan:
untuk mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah
diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
- Aspek-aspek
yang dinilai: yang berkenaan dengan hasil pelajaran murid, meliputi:
pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang
telah disajikan
2.
Evaluasi Somatif
- Fungsi:
untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam
satu semester atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit
pendidikan.
- Tujuan:
untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan
program bahan pengajaran dalam satu semester atau akhir.
- Aspek-aspek
yang dinilai: kemajuan belajar
3.
Evaluasi Placement (Penempatan)
- Fungsi:
untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak
tersbut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat.
- Tujuan:
untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan bakat,
minat, kemampuan, kesangupan serta keadaan-keadaan yang lainnya, sehingga anak
tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program/bahan yang disajikan
guru.
- Aspek-aspek
yang dinilai meliputi : keadaan fisik. Psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan,
keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan
pendidikan anak selanjutnya.
4.
Evaluasi Diagnostik
- Fungsi:
untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak
didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti
program tertentu.
- Tujuan:
untuk mengatsi/membantu pemecaham kesulitan atau hambatan yang dialami anak
didik waktu mengikuti kegiatan belajar-mengajar pada suatu studi atau
keseluruhan bidang pengajaran.
- Aspek-aspek
yang dinilai: hasil belajar, latar belekang kehidupan anak, keadaan keluarga
dan lingkungan.
2.5 Indikator Ketercapaian
Prestasi Belajar
Untuk mengungkap hasil
belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan
patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah
berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut.
Dalam hal ini Muhibbin Syah mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh
ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah
mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu)
dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat
diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Muhibbin
Syah mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa
pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan
valid.
Selanjutnya agar lebih
mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya,
berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan dari tabel jenis,
indikator, dan cara evaluasi prestasi
Tabel Indikator Prestasi
Belajar
No
|
Jenis Prestasi Belajar
|
Indikator Prestasi Belajar
|
1
|
Ranah Cipta (Kognitif)
a. Pengamatan
b. Ingatan
c. Pemahaman
d. Penerapan
e. Analisis (pemeriksaan
dan pemilahan secara teliti)
f. Sintesis (membuat
panduan baru dan utuh)
|
Dapat menunjukkan
Dapat membandingkan
Dapat menghubungkan
Dapat menyebutkan
Dapat menunjukkan kembali
Dapat menjelaskan
Dapat mendefinisikan dengan lisan
sendiri
Dapat memberikan contoh
Dapat menggunakan secara tepat
Dapat menguraikan
Dapat Mengklasifikasikan /memilah-milah
Dapat menghubungkan
Dapat menyimpulkan
Dapat menggeneralisasikan (membuat
prinsip umum)
|
2
|
Ranah Rasa (Afektif)
a. Penerimaan
b.Sambutan
c. Apresiasi (sikap menghargai)
d.Internalisasi
(pendalaman)
e. Karaktirasasi (Penghayatan)
|
Menunjukkan sikap menerima
Menunjukkan sikap menolak
Kesediaan berpartisipasi
Kesediaan memenfaatkan
Melembagakan atau meniadakan
Menganggap penting dan bermanfaat
Mengagumi
Mengakui dan meyakini
Mengingkari
Melembagakan atau meniadakan
Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku
sehari-hari
|
3
|
Ranah Karsa (Psikomotor))
a. Keterampilan bergerak dan
bertindak
b. Kecakapan kespresi verbal dan
nonverbal
|
Mengkoordinasikan gerak mata,
tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya
Mengucapkan atau melafalkan
Membuat mimik dan gerakan jasmani
|
Untuk
mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan
melalui dua cara,
yaitu tes prestasi dan non-tes:
1.
Teknik tes, dapat berbentuk:
a.
Tes terulis
b.
Tes lisan
c.
Tes perbuatan
2.
Teknik non-tes, dapat berbentuk:
a.
Angket
b.
Wawancara/interviuw
c.
Observasi
d.
Kuesioner/inventori
2.6 Ranah Evaluasi Prestasi
Belajar
Evaluasi
prestasi belajar baik pada
anak, remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan menyentuh tiga ranah psikologis.
Yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif) dan ranah karsa
(psikomotor).
A. Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur
keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena
semakin membengkaknya jumlah siswa-siswa di sekolah, tes lisan dan perbuatan saat
ini semakin jarang digunakan. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat
perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung).
Cara ini, konon dapat mendorong penguji untuk bersikap kurang fair terhadap
si teruji/peserta didik tertentu.
Dampak
negatif yang terkadang muncul dalam tes yang face to face itu, ialah sikap dan
perlakuan penguji yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun
tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di satu pihak ada
siswa yang diberi soal yang mudah dan terarah (sesuai dengan topik) sedangkan
di pihak lain ada pula siswa yang ditanyai masalah yang sukar bahkan terkadang
tidak relevan dengan topik.
Untuk
mengatasi masalah subjektivitas itu, semua jenis tes tertulis baik yang berbentuk
subjektif maupun yang berbentuk objektif (kecuali tes B-S) dipakai
sebaik-baiknya oleh para guru. Namun demikian, apabila menghendaki informasi
yang lebih akurat mengenai kemampuan kognitif siswa, selain tes B-S, tes pilihan
berganda juga sebaiknya tidak digunakan. Sebagai gantinya sangat dianjurkan
untuk menggunakan tes pencocokan (matching test), tes isian, dan tes
esai.
Khusus
untuk mengukur kemampuan analisis dan sistesis siswa, lebih dianjurkan untuk
menggunakan tes esai, karena tes ini adalah ragam instrument evaluasi yang dipandang
paling tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa tadi.
B. Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam
merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif
(ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi sebaiknya
mendapat perhatian khusus. Karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang
lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Salah
satu bentuk tes ranah rasa yang populer ialah likert scale yang
tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan atau sikap orang. Bentuk skala
ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala ini diberi skor
1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan skor-skor itu
dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai sangat “tidak”. Perlu
pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecenderungan afektif siswa
yang representatif item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi dengan label/identitas
sikap yang meliputi:
a. Doktrin, yaitu pendirian
b. Komitmen, ikrar untuk melakukan atau meninggalkan suatu
perbuatan
c. Penghayatan, pengalaman batin
d. Wawasan, pandangan atau cara memandang sesuatu
Hal
lain yang perlu diingat guru yang hendak menggunakan skala sikap ialah bahwa
dalam evaluasi ranah rasa yang dicari bukanlah benar dan salah, melainkan sikap
atau kecenderungan, setuju atau tidak setuju. Jadi, tidak sama dengan evaluasi
ranah cipta yang secara principal bertujuan mengungkapkan kemampuan akal dengan
batasan salah dan benar.
C. Evaluasi Prestasi Psikomotor
Cara
yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi
ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Dalam hal ini observasi dapat
diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena
lain dengan pengamatan langsung. Namun, observasi harus dibedakan dengan
eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara
observasi.
Guru
yang hendak melakukan observasi perilaku psikomotor siswanya hendaklah mempersiapkan
langkah-langkah yang cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam
lembar format observasi yang sebelumnya telah disediakan baik oleh sekolah
maupun oleh guru itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagaimana telah
dijelaskan bahwa psikologi belajar pada dasarnya adalah membicarakan
aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, dan sedangkan
evaluasi belajar adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasi atau tidaknya
tujuan belajar maka dapat dikatakan bahwa psikologi belajar akan mendasari
segala kegiatan yang menyangkut evaluasi belajar.
Evaluasi prestasi belajar, baik pada anak,
remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan menyentuh tiga ranah psikologis. Yaitu
ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif) dan ranah karsa (psikomotor).
Pada
rasah cipta (kognitif) setiap evaluasi yang dilakukan rata-rata untuk negetahuai
kemampuan analisis dan sistesis siswa. Adapun cara-cara yang dilakukan seperti
yang sudah kita bahas tadi walaupun kadang masih terjadi subjektivitas dalam penilaian.
Dalam
ranah rasa (afektif) evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam menginternalisasi dan karakterisasi hasil belajarnya. Karena kedua
jenis prestasi ranah rasa itulah dianggap lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan
siswa.
Sedangkan
pada ranah karsa (psikomotor), evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan hasil belajar siswa yang dilihat dari psikomotoriknya.
Yang
mana kesemuanya itu bertujuan untuk menjadi siswa memiliki dan memahami akan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dimilikinya.
3.2 Saran
Penulisan makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa agar
mempunyai wawasan yang luas tentang psikologi pendidikan, lebih-lebih studi
Pendidikan Bahasa Arab untuk bekal menjadi seorang pendidik kelak.
Makalah isi juga baik untuk dijadikan literature
bacaan, acuan penelitian, bahan kajian-kajian kependidikan lainnya.
Daftar
Pustaka
-
Abin
Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya
Remaja
-
Muhibbin Syah.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT
Raja Grafindo
-
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
-
Tadjab, M.A. 1994. Perbandingan Pendidikan (Statu Perbandingan Tentang Beberapa Aspek Pendidikan Barat
Modern, Islam dan Nasional). Surabaya:
Karya Aditama
-
Moh. Surya.
1997. Psikologi Pembelajaran dan
Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung
-
Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiah Populer.
Visi7
-
National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions.
NBPTS Home Page http://www.nbpts.org/
standards/fivecore.html (Accessed, 19 Oktober 2011)
ok
BalasHapusok
BalasHapus