Pages - Menu

Sabtu, 20 April 2013

Psikologi Pendidikan - EVALUASI PRESTASI BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Suatu bangsa akan dikenal karena kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu bangsa akan dianggap maju kalau kalau mencapai kemajuan dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan itu tidak lepas dari yang namanya pendidikan, baik itu formal atau non formal.
Pendidikan memang memiliki peran penting bagi tercapainya kemajuan. Selain itu proses pendidikan bukan hanya berhubungan dengan proses pencapaian ilmu pengetahuan, tetapi juga kematangan masyarakatnya secara psikis. Dan itu semua tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendudukung dari pendidikan tersebut. Baik itu dari faktor pendidik, yang dididik ataupun administrasi dari pendidikan tersebut, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang mendudung bagi terselengaranya sebuah pendidikan.
Ada satu kesalahan dalam pendidikan kita, selama ini masih banyak pendidikan yang hanya mengutamakan pendidikan brain based education. Artinya masih banyak pendidikan di negara ini yang hanya melihat berhasil-tidaknya suatu pendidikan dari nilai hasil belajar saja, tanpa melihat bagaimana emosional si anak, psikis si anak, dan ahlak si anak.
Sudah kita ketahui secara definisi, evaluasi merupakan salah satu dari factor pendukung bagi lancarnya sebuah pendidikan, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam sebuah program. Karena kesalahan dalam melakukan evaluasi, evaluasi yang dilakukan akhirnya tidak memiliki arti. Untuk itu dalam sebuah sekolah perlu adanya seorang psikolog sekolah atau konselor yang bertujuan untuk mengevaluasi anak didik dari segi psikis, emosional, kepribadian, dan pergaulan sosialnya. Selain itu juga berfungsi untuk mengevaluasi dari segi program kurikulum dan keguruan. Maka kemudian dalam dunia psikologi pendidikan dikenal dengan yang namanya evaluasi psikologi pendidikan. Yang mana salah satu tujuannya hal tersebut. Yang akan kita bahas lebih mendalam dalam makalah ini.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Kami merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana definisi dari prestasi belajar?
2.      Apakah pengertian Evaluasi Prestasi Belajar?
3.      Apa tujuan dan fungsi Evaluasi Prestasi Belajar?
4.      Apa macam-macam Evaluasi Prestasi Belajar?
5.      Bagaimana indikator ketercapaian Prestasi Belajar?
6.      Bagaimana ranah Evaluasi Prestasi Belajar?

1.3   Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka ada beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk:
1.      Mengetahui definisi dari prestasi belajar
2.      Mengetahui dan memahami Evaluasi Prestasi Belajar
3.      Memahami tujuan dan fungsi Evaluasi Prestasi Belajar
4.      Mengetahui macam-macam Evaluasi Prestasi Belajar
5.      Mengetahui indikator ketercapaian Prestasi Belajar
6.      Memahami ranah Evaluasi Prestasi Belajar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


2.1   Definisi Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di antaranya adalah:
  1. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational Psychology: The Teaching-Learning Process,berpendapat bahwa belajar adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).
  2. Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: …..acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience.Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua: ….process of acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan khusus.
  3. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
  4. Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organisme’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relative menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
  5. Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,belajar adalah The process of accuiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kuran representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, yakni:
-    Relatively permanent, yang secara umum menetap
-    Respons Potentiality, kemampuan bereaksi
-    Reinforce, penguatan
-    Practise, praktik atau latihan
  1. Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tigkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling pelaku belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

2.2   Evaluasi Prestasi Belajar
Istilah Evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing “Evaluation”. Dan sebagai panduan, menurut Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan bahwa: Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada-tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik.
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Kata lain yang sepadan dengan kata evaluasi dan sering digunakan untuk menggantikan kata evaluasi adalah tes, ujian dan ulangan. Istilah evaluasi biasanya digunakan untuk menilai hasil belajar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian Akhir Nasional (UAN).
Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran, keduanya memang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan. Sedangkan evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.
Evaluasi dilaksanakan berkenaan dengan situasi sesuatu aspek dibandingkan dengan situasi aspek lain akhirnya terjadilah suatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang dari berbagai segi. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.
Adapun aspek-aspek kepribadian yang harus diperhatikan merupakan objek di dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, adalah sebagai berikut:
1.      Aspek-aspek tentang berpikir, meliputi :inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data, pokok-pokok pengajaran, dan pemikiran yang logis.
2.      Dari segi perasaan sosialnya, meliputi: kerjasama dengan kawan sekelasnya, carabergaul, cara pemecahan masalah, serta nilai-nilaisosial.
3.      Dari kekayaan social dan kewarganegaraan, meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya terhadap masalah-masalah social, politik, dan ekonomi.
Aspek-aspek tersebut masih dapat dirinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keperluan atau tujuan penilain.

2.3   Tujuan dan Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa:
1.      Tujuan Umum dari evaluasi adalah sebagai berikut:
-    Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
-    Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
-    Menilai metode belajar yang dipergunakan
2.      Tujuan Khusus dari evaluasi adalah sebagai berikut:
-    Merangsang kegiatan siswa
-    Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
-    Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar atau metode belajar.
-    Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
-    Memperoleh bahwa laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oreang tua dan lembaga pendidikan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, evaluasi mempunyai fungsi yang amat penting, yaitu :
-    Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
-    Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
-    Untuk memberikan angka yang tepet tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid.

2.4   Macam-macam Evaluasi Prestasi Belajar
Biasanya evaluasi di bagi menjadi empat jenis, yaitu : evaluasi formatif, evaluasi suatif, evaluasi placement, dan evaluasi diagnostik.
1.      Evaluasi Formatif
-    Fungsi: untuk memperbaiki  proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik , atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
-    Tujuan: untuk mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
-    Aspek-aspek yang dinilai: yang berkenaan dengan hasil pelajaran murid, meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan
2.      Evaluasi Somatif
-    Fungsi: untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu semester atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan.
-    Tujuan: untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu semester atau akhir.
-    Aspek-aspek yang dinilai: kemajuan belajar
3.      Evaluasi Placement (Penempatan)
-    Fungsi: untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersbut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat.
-    Tujuan: untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesangupan serta keadaan-keadaan yang lainnya, sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program/bahan yang disajikan guru.
-    Aspek-aspek yang dinilai meliputi : keadaan fisik. Psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.
4.      Evaluasi Diagnostik
-    Fungsi: untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu.
-    Tujuan: untuk mengatsi/membantu pemecaham kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar-mengajar pada suatu studi atau keseluruhan bidang pengajaran.
-    Aspek-aspek yang dinilai: hasil belajar, latar belekang kehidupan anak, keadaan keluarga dan lingkungan.

2.5   Indikator Ketercapaian Prestasi Belajar
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Muhibbin Syah mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi
Tabel Indikator Prestasi Belajar
No
Jenis Prestasi Belajar
Indikator Prestasi Belajar
1
Ranah Cipta (Kognitif)
a. Pengamatan



b. Ingatan


c. Pemahaman

  

d. Penerapan


 e. Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)

 f. Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)

Dapat menunjukkan
Dapat membandingkan
Dapat menghubungkan

Dapat menyebutkan
Dapat menunjukkan kembali

Dapat menjelaskan
Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

Dapat memberikan contoh
Dapat menggunakan secara tepat

Dapat menguraikan
Dapat Mengklasifikasikan /memilah-milah
Dapat menghubungkan
Dapat menyimpulkan
Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
2
Ranah Rasa (Afektif)
a. Penerimaan

  
b.Sambutan



c. Apresiasi (sikap menghargai)


 d.Internalisasi (pendalaman)

e. Karaktirasasi (Penghayatan)


Menunjukkan sikap menerima
Menunjukkan sikap menolak

Kesediaan berpartisipasi
Kesediaan memenfaatkan
Melembagakan atau meniadakan

Menganggap penting dan bermanfaat
Mengagumi

Mengakui dan meyakini
Mengingkari

Melembagakan atau meniadakan
Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
3
Ranah Karsa (Psikomotor))
a. Keterampilan bergerak dan bertindak


b. Kecakapan kespresi verbal dan nonverbal


Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

Mengucapkan atau melafalkan
Membuat mimik dan gerakan jasmani

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu tes prestasi dan non-tes:
1.      Teknik tes, dapat berbentuk:
a.       Tes terulis
b.      Tes lisan
c.       Tes perbuatan
2.      Teknik non-tes, dapat berbentuk:
a.       Angket
b.      Wawancara/interviuw
c.       Observasi
d.      Kuesioner/inventori

2.6   Ranah Evaluasi Prestasi Belajar
Evaluasi prestasi belajar baik pada anak, remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan menyentuh tiga ranah psikologis. Yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif) dan ranah karsa (psikomotor).
A.    Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa-siswa di sekolah, tes lisan dan perbuatan saat ini semakin jarang digunakan. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung). Cara ini, konon dapat mendorong penguji untuk bersikap kurang fair terhadap si teruji/peserta didik tertentu.
Dampak negatif yang terkadang muncul dalam tes yang face to face itu, ialah sikap dan perlakuan penguji yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di satu pihak ada siswa yang diberi soal yang mudah dan terarah (sesuai dengan topik) sedangkan di pihak lain ada pula siswa yang ditanyai masalah yang sukar bahkan terkadang tidak relevan dengan topik.
Untuk mengatasi masalah subjektivitas itu, semua jenis tes tertulis baik yang berbentuk subjektif maupun yang berbentuk objektif (kecuali tes B-S) dipakai sebaik-baiknya oleh para guru. Namun demikian, apabila menghendaki informasi yang lebih akurat mengenai kemampuan kognitif siswa, selain tes B-S, tes pilihan berganda juga sebaiknya tidak digunakan. Sebagai gantinya sangat dianjurkan untuk menggunakan tes pencocokan (matching test), tes isian, dan tes esai.
Khusus untuk mengukur kemampuan analisis dan sistesis siswa, lebih dianjurkan untuk menggunakan tes esai, karena tes ini adalah ragam instrument evaluasi yang dipandang paling tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa tadi.
B.     Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi sebaiknya mendapat perhatian khusus. Karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer ialah likert scale yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan atau sikap orang. Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala ini diberi skor 1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan skor-skor itu dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai sangat “tidak”. Perlu pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecenderungan afektif siswa yang representatif item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi dengan label/identitas sikap yang meliputi:
a.       Doktrin, yaitu pendirian
b.      Komitmen, ikrar untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan
c.       Penghayatan, pengalaman batin
d.      Wawasan, pandangan atau cara memandang sesuatu
Hal lain yang perlu diingat guru yang hendak menggunakan skala sikap ialah bahwa dalam evaluasi ranah rasa yang dicari bukanlah benar dan salah, melainkan sikap atau kecenderungan, setuju atau tidak setuju. Jadi, tidak sama dengan evaluasi ranah cipta yang secara principal bertujuan mengungkapkan kemampuan akal dengan batasan salah dan benar.
C.     Evaluasi Prestasi Psikomotor
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Dalam hal ini observasi dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain dengan pengamatan langsung. Namun, observasi harus dibedakan dengan eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi.
Guru yang hendak melakukan observasi perilaku psikomotor siswanya hendaklah mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam lembar format observasi yang sebelumnya telah disediakan baik oleh sekolah maupun oleh guru itu sendiri.

BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa psikologi belajar pada dasarnya adalah membicarakan aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, dan sedangkan evaluasi belajar adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasi atau tidaknya tujuan belajar maka dapat dikatakan bahwa psikologi belajar akan mendasari segala kegiatan yang menyangkut evaluasi belajar.
Evaluasi prestasi belajar, baik pada anak, remaja ataupun dewasa pada dasarnya akan menyentuh tiga ranah psikologis. Yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif) dan ranah karsa (psikomotor).
Pada rasah cipta (kognitif) setiap evaluasi yang dilakukan rata-rata untuk negetahuai kemampuan analisis dan sistesis siswa. Adapun cara-cara yang dilakukan seperti yang sudah kita bahas tadi walaupun kadang masih terjadi subjektivitas dalam penilaian.
Dalam ranah rasa (afektif) evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menginternalisasi dan karakterisasi hasil belajarnya. Karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah dianggap lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Sedangkan pada ranah karsa (psikomotor), evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan hasil belajar siswa yang dilihat dari psikomotoriknya.
Yang mana kesemuanya itu bertujuan untuk menjadi siswa memiliki dan memahami akan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dimilikinya.

3.2   Saran
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang psikologi pendidikan, lebih-lebih studi Pendidikan Bahasa Arab untuk bekal menjadi seorang pendidik kelak.
Makalah isi juga baik untuk dijadikan literature bacaan, acuan penelitian, bahan kajian-kajian kependidikan lainnya.

Daftar Pustaka


-          Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja
-          Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
-          Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
-          Tadjab, M.A. 1994. Perbandingan Pendidikan (Statu Perbandingan Tentang Beberapa Aspek Pendidikan Barat Modern, Islam dan Nasional). Surabaya: Karya Aditama
-          Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung
-           Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiah Populer. Visi7
-          National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions. NBPTS Home Page http://www.nbpts.org/ standards/fivecore.html (Accessed, 19 Oktober 2011)

2 komentar: