Abstrak
Analisis
Kontrastif (Anakon) merupakan aktivitas atau kegiatan yang mencoba
memperbandingkan bahasa untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan di
antara dua bahasa atau lebih. Persamaan dan perbedaan yang diperoleh dan
dihasilkan melalui anakon dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan
atau memprediksi kesulitan belajar yang akan dihadapi oleh para
siswa/mahasiswa.
Unsur-unsur yang sama
dalam bahasa Indonesia dan bahasa yang sedang dipelajari (Arab), satu sama lain
saling menunjang dalam pengajarannya. Sebaliknya, unsur-unsur yang berbeda
menyebabkan timbulnya kesulitan pengajarannya. Kebiasaan bahasa Indonesia atau
berbahasa daerah sangat mempengaruhi pembelajaran bahasa Arab. Untuk mengatasi
pengaruh tersebut, maka dibutuhkanlah analisis kontrastif (Anakon).
Makalah ini menjelaskan berbagai persoalan terkait pembelajaran bahasa,
ilmu kebahasaan (linguistik), prinsip-prinsip berikut langkah-langkah analisis
kontrastif kebahasaan. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber
(B1) dan bahasa Arab sebagai bahasa target (B2),
Kata
Kunci: Mikrolinguistik, Analisis Kontrastif, Gramatikal, Fonologi, Leksikologi
I.
Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting. Peranan bahasa sebagai alat komunikasi antara lain sebagai
sarana menjaga hubungan baik antar individu maupun kelompok, untuk kepentingan
dunia pariwisata, bisnis, dan lain sebagainya. Hubungan itu tidak hanya sebatas
hubungan regional maupun nasional saja tetapi juga hubungan internasional.
Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa dunia yang dipelajari sebagai bahasa
asing di Indonesia.
Tidak mudah mempelajari bahasa Arab di Indonesia.
Disamping bahasa Arab masih dikenal dan dipelajari sabagai bahasa asing, juga
masih banyak faktor yang mempengaruhi dalam penguasaan bahasa Arab. Faktor yang
menjadi kesulitan dalam penguasaan bahasa Arab bagi banyak siswa adalah dengan
adanya perbedaan terutama yang menyangkut kaidah bahasa atau tata-bahasa.
Perbedaan-perbedaan itu seperti perbedaan budaya (yang mengarah pada unsur
semantik dan prakmatik) juga perbedaan gramatikal (yang mengarah pada
tata-bahasa terutama yang menyangkut pelaku pria dan wanita, serta waktu
pelaksanaan dalam bahasa Arab).
Dengan adanya perbedaan ini, kesulitan juga dihadapi
oleh para mahasiswa yang sedang belajar bahasa Arab. Perlu adanya jembatan
untuk mengetahui kedua bahasa tersebut baik bahasa Indonesia sebagai bahasa
sumber (B1) maupun bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran (B2) yaitu dengan
analisis kontrastif.
Diharapkan dengan analisis
kontrastif ini, para pembelajar dapat dengan mudah memahami pembelajaran bahasa asing (B2). Dalam makalah ini
akan mengkontraskan dua bahasa yaitu bahasa sumber (B1) dan bahasa target
(B2) dilihat dari aspek Gramatikal, Fonem, Morfem, Sintaks, Simantik dan
Leksikal. Diharapkan dengan analisis kontrastif antara bahasa Indonesia dan
bahasa Arab dapat ditemukan jawaban dari kesulitan siswa dalam memahami
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber dan bahasa Arab sebagai
bahasa target. Dengan demikian diharapkan memberikan kemudahan dalam hal
mengajar dan memberi pemahaman terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dan
bahasa Arab.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan penulis
dapat lebih memahami tentang manfaat analisa kontrastif dan menjadikannya
sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar bahasa Arab.
II.
Pengertian Analisis
Kontrastif Mikrolinguistik
Analisis kontrastif menurut Tarigan sebagai berikut:
Analisis kontrastif berupa prosedur kerja adalah aktifitas atau kegiatan
yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa.[1]
Jadi analisis kontrastif adalah kegiatan dalam
tujuannya mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara dua bahasa.
Analisis kontrastif adalah salah satu cabang ilmu
linguistik yang mempelajari perbedaan dan persamaan antar bahasa, yaitu bahasa
sumber (B1) dan bahasa sasaran (B2). Analisis kontrastif secara umum
membicarakan dua unsur kebahasaan yaitu makrolinguistik dan mikrolinguistik.
Dalam mata-kuliah Penerjemahan dikenal adanya hubungan antara bahasa sumber
(B1) dan Bahasa sasaran (B2) yaitu : B1 mempunyai kaidah dan B2 mempunyai
padanan, atau sebaliknya dan B1 mempunyai kaidah dan tak ada padanan dalam B2,
atau sebaliknya.
Linguistik
dari segi telaahnya dapat dibagi atas dua jenis, yaitu linguistik mikro (mikrolinguistik)
dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro dipahami
sebagai linguistik yang sifat telaahnya lebih sempit. Artinya, bersifat
internal, hanya melihat bahasa sebagai bahasa. Dalam kajian ini bahasa dilihat
dalam bidang struktur: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Linguistik
makro bersifat luas, sifat telaahnya ekternal. Linguistik ini mengkaji kegiatan
bahasa pada bidang-bidang lain, misalnya ekonomi dan sejarah. Bahasa digunakan
sebagai alat untuk melihat bahasa dari sudut pandangan dari luar bahasa.[2]
Mikrolinguistik (Microlinguistics) adalah
bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam arti sempit, yaitu bahasa dalam
kedudukannya sebagai fenomen alam yang berdiri sendiri. Mikrolinguistik
mempelajari bahan bahasa secara langsung tentang sifat-sifat, struktur, cara
kerja dan sebagainya.[3] Kajian
ilmu kebahasan ini juga mempelajari tentang kesulitan tata-bahasa. Taraf
kesulitan tersebut adalah hubungan antara bahasa sumber (B1) dalam hal ini
bahasa Indonesia dan bahasa sasaran (B2) bahasa Arab apabila B1 mempunyai
kaidah dan tak ada padanan dalam B2, atau sebaliknya.
Sementara pengkajian analisis kontrastif meliputi dua
pengkajian baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis analisis
kontrastif bertujuan meningkatkan pengetahuan dalam bidang kebahasaan. Secara
praktis analisis kontrastif bertujuan untuk keperluan praktis, pengajaran dan
penyusunan bahan pengajaran.
III.
Prinsip-Prinsip Umum
Analisis Kontrastif Mikrolinguistik
Prinsip-prinsip
umum pada Anakon ada dua, yaitu (1) pemerian, pendiskripsian (description) dan
(2) perbandingan, komparasi (comparison) dan langkah-langkah itu dilaksanakan
dengan berurutan.[4]
Menurut Halliday terdapat dua prinsip pada analisis kontrastif,
yaitu memerikan sebelum membandingkan dan membandingkan pola-pola tertentu dan
bukan bahasa secara keseluruhan.[5]
Pada
prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja sejumlah bahasa
sebelum kita memerikan cara kerja masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin
menggunakan bahasa ibu sebagai bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa
asing, kita tidak cukup hanya bisa berbahasa ibu tetapi kita juga harus
menguasai bahasa yang akan kita bandingkan itu.
Pada
prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan B1 dengan B2 secara keseluruhan.
Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing
bahasa pengandaian yang dibandingkan. Dan kita tidak dapat menarik kesimpulan
dari kedua perbandingan ini karena setiap pola perbandingan dibahas secara
terpisah.
IV.
Analisis Kontrastif Mikrolinguistik Indonesia-Arab
A.
Gramatikal
1.
Pengertian Gramatikal
Gramatikal dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia
adalah kata sifat yang berarti berdasarkan tata-bahasa, menurut tata-bahasa,
sesuai dengan tata-bahasa.[6]
Jadi dapat dikatakan bahwa Gramatikal (Tata bahasa)
adalah ilmu yang
mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan bahasa. Ilmu ini
merupakan bagian dari bidang ilmu yang mempelajari bahasa yaitu linguistik.
Telah diketahui bahwa linguistik sebagai sebuah ilmu
memilki objek berupa bahasa. Lebih konkretnya lagi bahasa yang dimaksud
tersebut berupa parole (ujaran). Linguistik merupakan disiplin ilmu yang
mengkaji bahasa manusia yang berupa tuturan dalam suatu bahasa. Dengan
demikian, data yang dijadikan korpus untuk kepentingan penelitian ilmu bahasa
ialah bahasa yang dipakai manusia untuk berinteraksi, bekerja sama, dalam suatu
lingkup kebudayaan tertentu. Linguistik menjadikan bahasa lisan sebagai data
primer, sedangkan bahasa tulis sebagai data sekunder.
Dalam kerangka memudahkan analisis atau kajian bahasa,
para ahli bahasa (linguis) membuat tataran-tataran bahasa atau linguistik.
Tataran-tataran yang dibuat tersebut bahkan menjadi rumpun atau subdisiplin
tersendiri.
2. Satuan-satuan Gramatikal
Dalam kajian linguistik, selain kita diperkenalkan
kepada istilah tataran linguistik juga kita diperkenalkan ke dalam istilah
satuan-satuan bahasa atau satuan-satuan gramatikal. Satuan-satuan bahasa yang
dimaksud adalah unsur-unsur pembentuk bahasa, baik unsur segmental maupun unsur
suprasegmental.
Unsur segmental berwujud fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, kalimat, dan wacana. Adapun unsur suprasegmental berwujud nada,
tekanan, intonasi, dan jeda.
Unsur-unsur pembentuk bahasa tersebut membentuk suatu
kesatuan yang sistemis dan sistematis, dan dikaji dalam cabang linguistik
(tataran linguistik) dan relevan. Unsur-unsur berupa fonem, morfem, kata,
frasa, klausa, kalimat, dan wacana lazim pula disebut dengan istilah satuan
gramatikal atau tataran gramatikal. Dikaitkan dengan kajian linguistik, satuan
gramatikal akan menjadi satuan terbesar atau terkecil dalam tiap tataran
linguistik.
Perhatikan bagan berikut:
Bidang Ilmu
|
Tataran
Gramatikal
|
Fonologi
|
Fonem
|
Morfologi
|
Morfem
|
Sintaksis
|
Frasa
|
Klausa
|
|
Kalimat
|
|
Wacana
|
Alinea
|
Bagian
/sejumlah alinea
|
|
Anak Bab
|
|
Karangan utuh
|
3.
Langkah-langkah
Analisis Kotrastif Garamatikal
Untuk
melakukan analisis kontrastif Gramatikal, ada beberapa langkah yang perlu
diperhatikan dan dilaksanakan satu persatu secara berurutan. Langkah-langkah
tersebut sebagaimana berikut:[7]
a.
Mengumpulkan data-data yang
memperlihatkan system-sistem yang relevan dalam setiap bahasa (B1 dan B2)
b.
Menyatakan realisasi-realisasi
setiap kategori gramatikal yang berhubungan dengan anakon yang dilakukan pada
setiap bahasa (B1 dan B2)
c.
Memberi suplemen terhadap data yang
ada dengan data lain yang serasi dan menunjang
d.
Merumuskan kontras-kontras yang
telah ditemui dengan/pada analisis-analisis
4.
Contoh Analisis
Kontrastif Gramatikal Indonesia-Arab
Seperti sudah dijelaskan di atas mengenai analisis
kontrastif Gramatikal berikut langkah-langkahnya, sekarang kita akan mencoba menganalisis
tataran Gramatikal Indonesia-Arab dari bidang sintaksisnya. Berikut ini adalah
contoh analisis kontrastif Gramatikal Indonesia-Arab!
1.
Frasa
Bahasa Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Rumah Muhammad
|
بيت محمّد
|
Nenek saya
|
جدّتي
|
Pada gramatikal kedua bahasa berlaku hukum DM, yaitu:
diterangkan – menerangkan. Dalam bahasa Indonesia susunan ini dikenal dengan
sebutan komposisi atau kata majemuk, sedangkan dalam bahasa Arab dikenal dengan
الجملة الإضافية dengan ketentuan-ketentuannya.
2.
Klausa
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa Arab
|
Muhammad mandi
|
يستحمّ محمّد
|
Kakakku makan
|
يأكل أخي الكبير
|
Dalam gramatikal Indonesia, subjek diletakkan sebelum
predikat, sedangkan dalam gramatikal Arab terdapat dua pola penyusunan klausa
atau kalimat, yaitu: الجملة الفعلية والجملة الاسمية dengan
penyebutan subjek keduanya yang berbeda-beda. Pada pola pertama subjek
disebutkan setelah predikat, sedangkan pola kedua disebutkan sebelum predikat.
3.
Kalimat
Menurut fungsinya, unsur–unsur kalimat terdiri atas
Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel) dan Keterangan (Ket). Ada
6 bentuk dasar kalimat bahasa Indonesia dan banyak bentuk dasar bahasa Arab.
Bentuk
Kalimat
|
Bahasa
Indonesia
|
Bahasa Arab
|
||
Verba
|
Kalimat
|
الفعل
|
الجملة
|
|
S-P
|
intransitif
|
Saya mandi.
|
اللازمي
|
أستحمّ
|
S-P-O
|
transitif
|
Yazid membeli
baju baru.
|
المتعدّيّ
|
يسترى يزيدُ الملبسَ الجديدَ
|
S-P-Pel.
|
intransitif
|
Ahmad menjadi
ketua koperasi.
|
اللازمي
|
صار أحمدُ رئيسَ الشركةِ
|
S-P-Ket.
|
intransitif
|
Saya tinggal
di Desa.
|
اللازمي
|
أسكنُ في القريةِ
|
S-P-O-Pel.
|
transitif
|
Kasim memberi
istri-nya nafkah.
|
المتعدّيّ
|
يُعْطِي قاسمٌ زوجتَه نفقةً
|
S-P-O-Ket.
|
transitif
|
Najib membaca
buku di perpustakaan.
|
المتعدّيّ
|
ناجب يقرؤ الكتاب في
المكتبة
|
B.
Fonologi
1.
Pengertian
Fonologi
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan
kata fon yang berari ‘bunyi’ , dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai
sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik
yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa
yang di produksi oleh alat-alat ucap manusia.
Fonologi dalam pembahasannya bahwa bahasa adalah
sistem bunyi ujar sudah disadari oelh para linguis. Oleh karena itu, objek
utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi
ujar. Jika kita menemukan dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa tulis,
di anggap sebagai bahasa skunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh
karena itu, bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.
Bila kita mendengar suara orang berbicara entah
berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi-bunyi
bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar hentian sejenak dan hentian
agak lama, kadang-kadang terdengar pula suara panjang dan suara biasa, dan
sebagainya. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan
berdasarkan tingkat-tingkat kesatuannya. Misalkan, runtutan bunyi dalam bahasa
Indonesia berikut (untuk sementara dan memudahkan disini digunakan transkripsi
ortografis, bukan transkripsi fonetis dan dengan mengabaikan unsur-unsur
suprasegmentalnya).
Bagan berikut barangkali bisa lebih menjelaskan
tahap-tahap segmentasi terhadap ujaran [monyet itu melompat keatas truk pisang]
1
|
Monyetitu
|
melompatkeatastrukpisang
|
|||||
2
|
Monyet
|
Itu
|
Melompat
|
keatastrukpisang
|
|||
3
|
|
|
keatas
|
trukpisang
|
|||
4
|
|
|
ke
|
atas
|
truk
|
pisang
|
|
Kemudian segmen-segmen runtutan buyi itu dapat
disegmentasikan lagi sehingga kita sampai pada satuan-satuan runtutan bunyi
yang disebut silabel atau suku kata. Sebagai contoh kalau kita ambil runtutan
bunyi yang menjadi segmen (1a1) yaitu [monyet] akan kita dapatkan silabel [mo]
dan [nyet]. Contoh lain, runtutan bunyi yang menjadi segmen (1b1) yaitu
(melompat) akan kita dapatkan segmen [me], [lom], [pat].
Silabel atausuku kata merupakan satuan runtutan bunyi
yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring, yang dapat disertai
atau tidak oleh bunyi lain, didepannya, dibelakangnya atau sekaligus didepan
dan dibelakangnya. Adanya kenyaringan atau sonoritas inilah yang menandai
silabel itu. Puncak kenyaringan itu biasanya sebuah bunyi vocal, yakni bunyi
yang dihasilkan tanpa adanya hambatan atau gangguan di rongga mulut. Misalnya
pada silabel [mo] ada bunyi [o], pada silabel [nyet] ada bunyi [e], dan pada
silabel [pat] ada bunyi vocal [a].
Kemudian runtutan bunyi pada silabel-silabel ini dapat
disegmentasikan lagi. Misalnya, silabel [mo] dapat di segmentasikan menjadi
bunyi [m] dan bunyi [o], pada silabel [nyet] dapat disegmentasiakn lagi menjadi
bunyi [ny], bunyi [e], dan bunyi [t]. Perhatikan bagan berikut :
Monyet
|
||||
mo
|
Nyet
|
|||
m
|
o
|
ny
|
E
|
T
|
melompat
|
|||||||
me
|
lom
|
Pat
|
|||||
m
|
e
|
L
|
o
|
m
|
p
|
a
|
t
|
Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtutan dan segala aturannya yang menjadi objek
kajian cabang linguistik yang disebut fonologi. Jadi, objek kajian
fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap atau alat
bicara manusia.
2.
Pembagian Fonologi Kontraktif
Menurut Hierarki satuan bunyi terkecil ynag menjadi
objek kajiannya, fonologi di
bagi atas dua bagian, yaitu fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik bisa dijelaskan
sebagai cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan
statusnya, apakah bunyi-bunyi bahasa itu dapat membedakan makna (kata) atau
tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang kajian fonologi yang mengkaji
bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna (kata).
Lebih jelasnya kalau disimak baik-baik bunyi [i] pada kata [tani] dan
kata [batik] adalah tidak sama. Bunyi [u] pada kata [susu] dan [dapur] juga
tidak sama.inilah yang menjadi kajian fonetik. Sebaliknya bunyi [b] dan [p]
pada kata [kabur] dan [kapur] menyebabkan kedua kata itu memiliki makna yang
tidak sama.
Ketidaksamaan ini adalah karena berbedanya bunyi [b] dan [p] itu meskipun bunyi-bunyi
yang ada di sekitarnya memiliki ciri yang sama. Inilah contoh dari objek
kajian fonetik disebut fon (bunyi bahasa), sedangkan satuan bunyi terkecil yang
menjadi objek kajian fonemik disebut fonem.
3.
Model-Model Fonologis
Analisis fonologis yang dapat digunakan untuk analisis
kontraktif hanya mempunyai dua pilihan. Yaitu;[8]
1.
Fonologi
Taksonomik
Pendekatan ini bertujuan untuk “mengutarakan
sistem-sistem fonem, kemungkinan penggabungan fonem-fonem dan variasi-variasi
yang yang non.distingtif dari unit-unit tersebut dalam bahasa-bahasa yang
berbeda. Dapat juga dikatakan bahwa secara keseluruhan asumsi-asumsi teoritis
ini berjalan lancar” (Kohler 1971 : 84).
2.
Fonologi
Generatif
Fonologi generatif berasal dari Amerika (Chomsky dan
Halle 1968) yang sebenarnya bercikal bakal dari teori fonologis Eropa tahun
1940-an. Fonologi generatif ini beranggapan bahwa fonologi struktur permukaan
diturunkan dari fonologi struktur dalam dengan bantuan
transformasi-transformasi.
C.
Leksikologi
1.
Pengertian
Leksikologi
Leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim),menurut Dr.Ali Al-Qasimy adalah:
علم
المعاجم أوعلم المفردات هو دراسة المفردات ومعانيها في لغة واحدة أو في عدد من
اللغات.ويهتم علم المفردات من حيث الأساس باشتقاق الألفاظ،وأبنيتها،ودلالاتها
المعنوية والإعرابية ،والتّعابير الإصطلاحية، والمترادفات وتعدد المعاني.[9]
Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata
dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa. Ilmu ini memprioritaskan
kajiannya dalam hal derivasi kata,struktur kata,makna
kosakata,idiom-idiom,sinonim dan polisemi.
Leksikologi, dalam bahasa inggris dinamakan lexicology yang berarti
ilmu/studi rnengenai bentuk, sejarah dan arti kata-kata.[10] sedangkan dalam bahasa arab, leksikologi
disebut dengan ilmu Al-ma’ajim yaitu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk
kamus.
Menurut bahasa, lexicology berasal dari kata lexicon yang berarti kamus,
mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.[11] Menurut istilah, leksikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna/arti kosakata yang telah termuat
atau akan dimuat di dalam kamus. Al-Khuli menerjemahkan istilah
lexicology dengan sebutan ilm Al-Mufradat (Ilmu Kosakata), bukan Ilm Al-Ma ‘ajim.[12] Menurutnya, pembahasan tentang kosakata dan maknanya telah
termuat dalam ruang lingkup ilmu kosa kata (Ilm Al-Mufradat).
Selain istilah Leksikologi dan Ilm Al-Ma ‘ajim,
ada juga beberapa istilah lain yang digunakan untuk menyebut ilmu tentang
kamus. Misalnya saja, Ilm al-Allfadz, aI-Laffadzah, Ilm Dalalah Mu’jamiyah
dan sebagainya.[13]
Jadi dapat
di simpulkan bahwa leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk
makna/arti kosakata yang termuat atau akan dimuat di dalam kamus.
2.
Lahan Subur
Leksikologi Kontrastif
Bahasa suatu
masyarakat tertentu merupakan bagian integral dari kebudayaannya, dan
pembedaan-pembedaan leksikal yang di gambarkan oleh setiap bangsa akan
cenderung merefleksikan secara kultural ciri-ciri penting objek-objek,
institusi-institusi dan aktifitas-aktifitas di dalam masyarakat tempat bahasa
itu beroprasi.
Para pakar
antropologi telah meneliti relativitas kultural tentang masalah-masalah atau
hal-hal yang berkenaan dengan relativitas semantiko-leksikal. Upaya keras yang
di lakukan yaitu:
1.
Telaah mengenai kategori-kategori warna.
2.
Telaah mengenai istilah-istilah kekerabatan.
Bidang kedua yang
merupakan lahan subur bagi leksikologi adalah bidang “penerjemahan”.Dan disini
penerjemahan evektif berada di garis depan, terutama di antara para penerjemah
Bimbel. Dan inipun tidak luput dari pengalaman penerjemah Bimbel di ke berbagai
bahasa daerah di tanah air ini.
Dan biasa dimana
terdapat para pembelajar dan penerjemah, maka disana terdapat kamus-kamus
bilingual. Leksikografi bilingual ini merupakan bidang ketiga yang sangat
menarik perhatian dalam praktek bahkan dalam komitmen teoritis bagi leksikologi
kontrastif.[14]
3.
Objek
Leksikologi
Leksikologi
adalah cabang linguistik yang mempelajari leksikon. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua
informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan
kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa, perbendaharaan kata, kosakata, daftar kata yang disusun seperti kamus, dengan penjelasan yang singkat
dan praktis.[15]
Konsep
dasar dalam leksikologi ialah leksem (kata yang merupakan satuan bermakna atau satuan terkecil dari leksikon). Hubungan
kata, dan leksem dapat digambarkan dengan diagram
berikut:
Jadi, kata adalah leksem, baik leksem
tunggal maupun gabungan leksem yang sudah mengalami proses morfologik,
sedangkan morfem adalah satuan yang terwujud setelah kata
terbentuk.
Misalnya kata rumah berasal dari leksem tunggal yang telah mengalami
proses derivasi zero ( proses
morfologik yang mengubah leksem menjadi kata tanpa penambahan atau pengurangan). Kata berjuang berasal
dari leksem juang yang mengalami proses afiksasi dengan ber-. Jadi, kata rumah adalah kata yang terdiri atas
morfem tunggal rumah, sedangkan kata berjuang
terjadi dari morfem afiks ber- dan morfem dasar juang.[16]
Jika
morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata, sedangkan leksikologi mempelejari seluk-beluk kata, yaitu perbendaharan kata, pemakaian
kata serta artinya seperti dipakai masyarakat pemakai bahasa.
Dari uraian di atas dapat disebutkan bahwa
objek leksikologi itu adalah perbendaharaan kata atau kosakata dalam suatu
bahasa serta arti kata dan pemakaiannya dalam suatu bahasa.
4.
Lesikologi
dan Leksikografi
Lesikologi
atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang kosakata dan maknanya
dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa. ilmu ini memperioritaskan kajiannya
dalam hal derivasi kata, struktur kata, makna kosakata, idiom-idiom, sinonim
dan polisemi.[17]
Dengan pengertian di atas, berarti Ali Al-Qasimy tidak
membedakan antara istilah ilmu leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim) dan ilmu kosakata
(IIm Al-Mufradat). Menurutnya, kajian kedua bidang studi tersebut adalah sama.
Dengan kata lain, ilmu leksikologi merupakan perluasan dari ilmu mufradat yang
bertujuan untuk menganalisis kosakata, memahami dan menafsirkan makna kata
hingga ke tahap merumuskan makna kosakata yang baku dan fushah
dan layak dimasukkan ke dalam kamus. Makna sebuah kata yang telah tercantum
dalam kamus disebut dengan ‘makna leksikon’.
Sedangkan Leksikografi (Dirasah Mu ‘jamiyah) adalah
pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika
tertentu untuk menghasilkan produk kamus yang berkualitas, mudah, dan lengkap.
Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa
dipisahkan. Leksikologi tanpa leksikografi, tidak akan menghasilkan sebuah
produk kamus yang baik, benar dan mudah dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa.
Sebaliknya, leksikografi tanpa leksikologi, juga hanya dapat melahirkan
kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata. Karena itu,
istilah ‘ilmu leksikologi’ lebih umum daripada ‘ilmu leksikografi’. Menyebut
‘Ieksikologi’ berarti berhubungan dan mencakup ‘leksikografi’.
Munculnya perbedaan antara leksikologi dan
leksikografi, tidak lepas dan pandangan para pakar linguistik yang telah
membagi ilmu linguistik menjadi dua bagian, yaitu ilmu linguistik murni dan
ilmu linguistik terapan. Adanya pembagian ilmu linguistik ini, jelas
berpengaruh dalam memisahkan antara leksikologi dan Ieksikografi.[18]
Menurut Hilmy Khalil, Leksikologi adalah Ilm
Al-Ma’ajim Al-Nadzari, yaitu kajian teoritis tentang makna leksikal dalam
sebuah kamus yang bahasannya meliputi: karakteristik kosakata, komponennya,
perkembangan maknanya dan lain sebagainya. Karena itu, leksikologi terkadang
juga digolongkan sebagai bagian dari ilmu semantik (Ilm Al-Dalalah) karena
memang topik kajian dan kedua bidang studi tersebut hampir sama. Hanya saja,
cakupan Ieksikologi lebih terbatas pada perwajahan kamus dan hal-hal yang
berhubungan dengan isi kandungan kamus.[19]
Sedangkan leksikografi (Ilm Al-Shina’ah Al-Mu’jamiyah)
adalah bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy) yang membahas
tentang seni dan teknik menyusun kamus,
pemilihan kata serapan (dakhil), penentuan definisi kata, bahasan tentang
kelengkapan komponen kamus, dan informasi lain yang fungsinya memberi pemahaman
yang benar dan mudah tentang makna kosakata kepada pengguna kamus, seperti
pemakaian gambar, peta, tabel, contoh pengguaan kata dalam kalimat dan
sebagainya, sehingga perwajahan (performance) kamus menjadi lengkap dan
sempurna.[20]
Secara teknis, Ali Al-Qasimy menjelaskan, bahwa
leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang lima langkah utama dalam
menyusun sebuah kamus, yaitu:
a. Mengumpulkan data (kosakata).
b. Memilih pendekatan dan metode penyusunan kamus yang akan
ditempuh.
c. Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu.
d. Menulis materi.
e.
Mempublikasikan hasil kodifikasi
bahasa atau kamus tersebut.
Dengan demikian, baik ilmu leksikologi maupun ilmu
leksikografi, keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik. Leksikologi, sebagai
studi pengembangan dari ilmu semantik, menjadi bagian dari ilmu linguistik
teoritis (Ilm Al-Lughah Al-Nadzary). Sedangkan Ieksikografi, sebagai studi
pengembangan dari leksikologi, menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm
Al-Lughah Al-Tathbiqy).[21]
5.
Contoh Lesikologi
Kekayaan
kata atau kosakata dalam suatu bahasa kita dapat temukan dalam kamus. Anda akan menemukan leksem yang tersusun secara
alfabetis. Misalnya kata perikemanusiaan, Anda harus menentukan terlebih dahulu leksem (bentuk asal) kata yaitu manusia
sebagai kata entri, sedangkan bentuk-bentuk derivasinya diperlakukan
sebagai sub entri, seperti memanusiakan, kemanusiaan dan sebagainya.
Pemakaian
kata dan arti kata dapat dijelaskan dalam kamus. Misalnya kata mekar. Kata ini mempunyai berbagai-bagai arti
dalam pemakaiannya, seperti dijelaskan dalam kamus sebagai berikut:
Mekar,
1.
‘Mulai berkembang; menjadi terbuka;
mengurai.’ Contohnya Mawar itu mekar disinari matahari pagi.
2.
‘Menjadi besar
dan gembung.’ Contohnya Adonan roti ini telah mekar.
3.
‘Menjadi
bertambah luas’ (besar,ramai, bagus dsb.). Contohnya Jalan sudah makin
besar,kota juga tambah mekar.
4.
‘Mulai tumbuh
dan berkembang.’ Contohnya Di hatinya mulai mekar perasaan cinta.
Kemudian
diterangkan juga arti kata bentukan dari kata mekar itu,
1.
memekarkan berarti
‘menjadikan mekar’ (berkembang, bertambah besar, luas, dsb.)
2.
Contohnya Rencana
untuk memekarkan wilayah kota ke selatan dan ke barat.
3.
pemekaran berarti
‘proses menjadikan bertambah besar’ (luas, banyak, lebar, dsb).
4.
Contohnya Pemekaran
lahan persawahan dilakukan dengan membuat sawah-sawah baru di bekas tanah tegalan.
Dalam bahasa arab, misalnya kata عين mengandung
beberapa komponen konsep makna, yakni mata/panca indera (عين
البصر), sumur/mata air (البئر), mata-mata
(الجاموس)
,bulatan
matahari ( الشمشقرص).
Contoh lain, kata يد yang juga mengandung beberapa komponen konsep makna,
Selain bermakna tangan/organ tubuh (عضو) juga bermakna kekuasaan
(قوة). Sebagaimana pada Firma Allah Swt:
والسماء بنينها باءيد وانا
لموسعون
“Dan langit itu kami
bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa”.[23]
Leksikon semakin berkembang pesat dikalangan bangsa Arab,terutama
umat Islam,seiring dengan aktifitas mereka dalam usaha memahami dan
menginterpretasikan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Salah satu buktinya adalah
riwayat Abu Ubaidah dalam Al-Fadhail dari anas bahwa ketika Khalifah Umar bin
Khatab ra.(584-644 M) berkhutbah diatas mimbar,beliau membaca ayat:
ZpygÅ3»sùur $|/r&ur ÇÌÊÈ
“Dan buah-buahan serta rumpu-rumputan”.[24]
Lalu,Umar berkata:”Arti kata fakihah (buah) telah kita ketahui,tetapi
apakah makna kata abb pada ayat tersebut?”. [25]
Ibnu Abbas ra. Juga pernah
mempertanyakan makna dari kata “Fatir” dalam firman Allah SWT surat Fatir ayat
1.
ßôJptø:$# ¬! ÌÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur È@Ïã%y` Ïps3Í´¯»n=yJø9$# ¸xßâ þÍ<'ré& 7pysÏZô_r& 4oY÷V¨B y]»n=èOur yì»t/âur 4 ßÌt Îû È,ù=sø:$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÈ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang
menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”.[26]
Untuk mencari tahu makna kata
tersebut,Ibnu Abbas ra. Rela masuk ke daerah-daerah pelosok desa di wilayah
Arab Badui yang dikenal masih memiliki kebahasaan yang asli.Kala itu,Ibnu Abbas
melihat dua orang di dusun
yang sedang bertengkar tentang masalah sumur,salah seorang berkat:”Ana
Fathartuha” (maksudnya, sayalah
yang pertama kali membuatnya).Dengan peristiwa ini,akhirnya Ibnu Abbas bisa
memahami bahwa tafsir dari kata fathir berarti “pencipta”.[27]
V.
Kesimpulan
Analisis
kontrastif adalah membandingkan persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (B1)
dan bahasa sasaran (B2). Namun proses perbandingan ini hanya sebatas pada
membandingkan unsur kebahasaan yang ada dalam struktur kedua bahasa, baik
dari faktor perbedaan gramatikal ataupun leksikalnya ataupun faktor kebahasaan
lainnya.
Cabang-cabang
linguisik dibagi dua yaitu mikrolinguistik dan makro-linguistik. Mikrolinguistik merupakan bidang
teoretis dalam linguistik. Mikrolinguistik adalah bidang linguisti yang
mempelajari bahasa dalam arti sempit. Diantara beberapa cakupan Mikrolinguistik
adalah sebagai berikut:
a. Fonologi merupakan cabang mikro linguistik yang ruang lingkupnya
membahas tentang bunyi bahasa ditinjau dari fungsinya.
b. Morfologi merupakan anak cabang dari mikro linguistik yang
cakupan pembahasannya tentang kata dan kelompok kata. Morfologi juga termasuk
menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya dan cara pembentukannya.
c. Sintaksis menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain
di atas kata, hubungan satu dengan lainnya dan cara penyesuaiannya.
d. Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal,
gramatikal ataupun kontekstual.
e. Leksikologi menyelidiki keberadaab leksikon / kosakata suatu
bahasa.
Demikanlah
yang dapat penulis utarakan tentang studi analisis kontrastif mikrolinguistik.
Kekurangan dan kelebihan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa penulis adalah
manusia biasa yang tidak luput dari salah dan lupa. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan datangnya kritik yang bersifat membangun dari berbagai segi.
Daftar
Pustaka
Ali Al-Khuli,
Muhammad, 1982. A Dictionary of Theoretical Linguistics. Lebanon:
Maktabah Lubnan
Al-Qaththan,
Manna’. Tt. Pengatar Study Ilmu al-Qur’an, terj.H.Aunur rafiq El-mazni.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Ba’dulu, Abdul Muiz dan Herman. 2005. Morfosintaksis.
Jakarta: Rineka Cipta
Chaer,
Abdul. 2002. Onologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
-----------------. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta
-----------------. 2007. Kajian
Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta
Echols, John M. dan Hasan Syadliy,1996. Kamus
Inggris Indonesia Jakarta: PT Gramedia
Guntur,
Henry Tarigan. 2009. Pengajaran Analisis
Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa
Halliday, M.A.K. (1970). The Linguistic Sciences
and Language Teaching. Bloomington:Indiana University Press
Istyono,
Y. Wahyu dan Ostaria Silaban. 2006. Kamus
Pintar Bahasa Indonesia, Batam: Karisma Publishing Group.
Khalil, Hilmy,
Muqaddimah li Dirasah Al-Lugah. Iskandariyah: Dar Al-Ma’riah Al-Jami’iyyah
Kushartanti, dkk.. 2005. Pesona Bahasa Langkah
Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Marsono.
1999. Fonetik. Yogyakarta: UGM Press
Muslich,
Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Research and Studies Centre, 2004. The Dictionary
English-Arabic. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah
Rusmaji,
Oscar. 1995. Aspek-Aspek Linguistik. Malang: Penerbit IKIP Malang
Tarigan, Prof. DR. H. G. 1993. Pengajaran Kosakata.Bandung;
Angkasa.
Taufiqurrochman,
H.R.,2008. Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: SUKSES Ofsset
[1] Henry Guntur Tarigan. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Hal: 5
[2] Rusmaji, Oscar. 1995. Aspek-Aspek Linguistik.
Hal: 14
[3] Rusmaji, Oscar. 1995. Aspek-Aspek Linguistik.
Hal: 16
[4] Henry
guntur tarigan, Pengajaran Analisis
Kontrastif Bahasa. Hal: 131
[5] Halliday, M.A.K. The Linguistic Sciences and
Language Teaching. Hal:73
[6] Y.Istyono Wahyu dan Ostaria Silaban. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Hal: 195
[7] Henry Guntur Tarigan. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa.Hal: 137
[8] Henry.G. Tarigan.. Membaca Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Hal: 150
[10] John M.
Echols dan Hasan Syadliy, Kamus Inggris Indonesia . Hal: 356
[11]
Research and Studies Centre, The Dictionary English-Arabic. Hal: 446
[12] Muhammad
Ali Al-Khuli A Dictionary of Theoretical Linguistics. Hal: 154
[13] H.R.
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab. Hal: 2
[17] H.R. Taufiqurrochman. Ibid, Hal: 6
[20] H.R. Taufiqurrochman Ibid,
Hal: 338
[22]
Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik analisis teori-teori linguistic
dalam bahasa arab. Hal: 140-141
[23] H.R.
Taufiqurrochman Ibid, hlm. 73
[24] QS. ‘Abasa [80]:31
[26] QS. Al-fathir [35]:1
[27] H.R.
Taufiqurrochman Ibid, hlm. 198
Tidak ada komentar:
Posting Komentar