Pages - Menu

Sabtu, 20 April 2013

V - Strategi Pembelajaran Bahasa Arab - STRATEGI PEMBELAJARAN ISTIMA'



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu membutuhkan ilmu pengetahuan untuk mereka terapkan dalam kehidupan mereka baik dalam lingkup keluarga, maupun di masyarakat. Setiap manusia selalu beinteaksi dengan orang lain, yang di dalamnya terdapat inteaksi seperti percakapan keseharian, berdiskusi dengan teman, ataupun mendengakan berita lewat media infomasi seperti televisi maupun radio.
Dari sinilah manusia tidak terlepas dari kegiatan menyimak, karena pada saat mereka bercakap-cakap degan oran lain, maupun ketika sedang mendengarkan berita lewat media infomasi, mereka selalu berkaitan dengan kegiatan menyimak yamg membutuhkan pemahaman.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, dikenal empat keterampilan berbahasa yang harus dipenuhi setiap pelajar bahasa, yaitu keterampilan mendengar (al-istima’), berbicara (al-kalam), membaca (al-qira’ah), dan menulis (al-kitabah). Sementara, asumsi yang tengah berkembang di tengah masyarakat bahwa belajar bahasa Arab masih dianggap sulit dan rumit. Oleh karena itu, guru bahasa Arab harus mampu menemukan metode dan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Dengan demikian, strategi yang ditawarkan oleh guru bahasa Arab mampu menciptakan kondisi belajar siswa yang yang menyenangkan, sehingga tidak akan ada lagi asumsi-asumsi di masyarakat bahwa bahasa Arab sulit dipelajari dan dipahami.
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangasih berarti pada dunia pendidikan secara umum dan dapat membantu menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Arab (al-istima’) pada khususnya. Untuk itu, ikuti pembahasan lebih lanjut berikut ini!



1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengerian Istima’ ?
2.      Apa saja model-model pembelajaran  Istima’ ?
3.      Apa saja tahapan dalam pembelajaran Istima’ ?
4.      Apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran Istima’ ?
5.      Apa saja strategi pembelajaran Istima’ ?
6.      Apa saja prosedur guru dalam pembelajaran istima’ ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengerian Istima’
2.      Untuk mengetahui model-model pembelajaran  Istima’
3.      Untuk mengetahui tahapan dalam pembelajaran Istima’
4.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pembelajaran Istima’
5.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran Istima’
6.      Untuk mengetahui prosedur guru dalam pembelajaran istima’


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Istima’
Istima’ secara bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti mendengakan atau menyimak. Istima’ secara istilah adalah Sarana yang pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama manusia dalam tahapan-tahapan tetentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat, bentuk-bentuk jumlah dan tarakib.[1]
Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspekaspek sebuah bahasa.[2]

2.2  Model Pembelajaran Istima’
Prinsip penganjaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan dalam pembaca dan penulis. Strategi pembelajaran ketrampilan menyimak berkembang terutama dalam pengajaran bahasa asing. Munculnya teknologi perekaman seperti kaset, compact disk (CD), video dan lain-lain, bertujuan meningkatkan kemajuan dalam proses pembelajaran terutama dalam memberikan materi bahan ajar menyimak.
Menyimak atau mendengar merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa yang seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar bahasa. Ketermpilan menyimak atau mendengar dapat dicapai dengan latihan terus menerus dalam mendengarkan perbedaan-perbedaan bunyi bahasa (fonem) sesuai dengan makhorijul huruf.
Secara umum tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa arab, baik dalam bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan resmi.
Unsur yang sangat fundamental dalam interaksi sesama manusia adalah ketrampilan untuk memahami apa yang dikatakan atau diucapkan oleh orang lain. Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari sering kita jumpai pendengar yang kurang terampil, baik dalam bahasa ibu atau bahasa kedua.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa ketrampilan menyimak tidak perlu dilatih secara khusus, karena hal itu akan terbiasa sendirinya sebagaimana halnya belajar berjalan dan berbicara pada waktu masih balita. Macam-macam menyimak terdapat dua bagian pertama menyimak untuk keperluan pengulangan (drill), kedua menyimak untuk keperluan memahami teks.
Dalam pembelajaran menyimak terdapat berbagai macam model strategiyang dapat digunakan oleh seorang guru, yaitu:[3]
a.    Model saling kerjasama, strategi ini berguna untuk mengetahui cara yang efektif dan berdaya hasil bagi pemahaman peserta didik secara khusus, strategi ini dapat memberi kesempatan kepada perserta didik untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara berbeda, dengan membandingkan catatan hasil belajar.
Langkah-langkahnya:
1.      Peserta dibagi menjadi dua kelompok dalam dua tempat yang berbeda.
2.      Guru membacakan dan menjelaskan teks yang diajakan dengan cara yang berbeda. Pada kelompok pertama guru menjelaskan sesuai dengan isi teks, sedangkan pada kelompok kedua guru menjelaskan dengan menggunakan bahasa sendiri yaitu dengan metode ceramah.
3.      Setelah selesai guru meminta pada peserta didik untuk berkumpul dan masing-masing peserta didik di perintah berpasangan dengan kelompok yang berbeda.
4.      Masing-masing pasangan diminta untuk menggabungkan hasil belajar dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan seputar isi teks.

b.    Menyimpulkan, strategi ini dapat menguji kemampuan menyimak peserta didik terhadap isi cerita. Jawaban peserta didik terhadap pertanyaan seperti:
من فعل، لماذا، كيف، اين، متى، لمن، ماذا فعل
Yang kemudian disintetiskan kedalam satu kalimat singkat, padat dan jelas sehingga dapat menumbuhkan proses berfikir kreatif, kritis terhadap topik yang diberikan.
Langkah-langkah adalah sebagai berikut :
1.         Memilih satu topik pembelajaran yang belum pernah di pelajari.
2.         Guru menjelaskan aturan main yang harus dikerjakan peserta didik. Dimana peserta didik diminta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan jawaban beberapa pertanyaan berikut :
من فعل، لماذا، كيف، اين، متى، لمن، ماذا فعل
3.         Kemudian guru menjelaskan satu topik bahasan dan peserta didik menyimaknya.
4.         Pada saat menyimak, peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah dicatat dan menggabungkan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam satu kalimat.
5.         Kemudian guru menyediakan waktu yang cukup bagi peserta didik untuk menganalisis dan merangkum pertanyaan tersebut menjadi satu kalimat ringkasan.
6.         Mengembalikan hasil evaluasi siswa, sambil terus memberi motivasi bagi yang belum benar jawabannya.
c.    Saling bergantian, strategi ini dapat mengiringi siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus pada materi yang sedang disampaikan.
Langkah-langkahnya :
1.         Peserta didik dibagi menjadi tiga kelompok, setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda yaitu, sebagai penanya, penentang, dan pendukung.
2.         Guru menyampaikan satu topik yang kontroversial.
3.         Pada saat mendengarkan teks, masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya, yaitu tugas penanya bertugas membuat pertanyaan yang berkaitan dengan teks yang dibicarakan oleh guru, sedangkan kelomok penentang mencoba membuat suatu argumentasi yang menafikan diskurkus yang dibahas, dan para pendukung melakukan sebaliknya yaitu menyusun argumentasi yang menguatkan diskurkus yang sedang dibahas.
4.         Memberi waktu yang cukup pada peserta didik untuk bekerja tiga kelompok yang saling berhadapan.
5.         Mintalah masing-masing peserta didik menyampaikan hasil dari tugas mereka, sambil terus mengevaluasi dan mengarahkan tema pembahasan.
d.   Menyimak dengan lagu, strategi ini membantu siswa untuk selalu tanggap dengan cermat, dan tepat dalam memahami serta memaknai syair yang dinyanyikan.
Langkah-langkahnya :
1.         Tahap persiapan, menyediakan kaset lagu berbahasa arab fusha, tape recorder dan kisi-kisi yang berupa syair lagu yang tidak lengkap.
2.         Tahap pelaksanaan, membagikan kisi-kisi berupa syair lagu. Diputar dan siswa diminta melengkapi kisi-kisi berupa syair lagu yang tidak lengkap.
3.         Tahap pemantapan, memutar lagu sekali lagi, namun kali ini tiap bait atau baris bergantung kemampuan menyimak peserta didik. Setiap selesai satu baris lagu dinyanyikan, tape recorder dimatikan. Kemudian setiap siswa ditanya isi dari kisi-kisi yang kosong dimaksud, kemudian melakukan evaluasibersama dengan peserta didik.
4.         Membahas tema dan isi lagu, sambil juga membenarkan cara penulisan siswa.
e.    Model informasi, strategi ini berfokus untuk tetap utuh meskipun dalam rentang waktu yang cukup lama. Peserta didik dapat menyimak dengan seksama sebuah informasi sambil mendalami keruntutan bahasanya dan isi yang terkandung didalamnya.
Langkah-langkahnya :
1.         Menyiapkan tape recorder yang berisi berita, pidato atau informasi lainnya yang berbahasa arab fusha.
2.         Memutarkan kaset yang berisi berita dengan cermat dan meminta peserta didik untuk mendengarkannya dan mencatat poin-poin yang ada dalam berita tersebut.
3.         Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok memperoleh tugas menulis isi berita dan mendiskusikannya.
4.         Peserta didik siminta untuk mempresentasikan hasilnya.
5.         Kaset diputar kembali dan melakukan evaluasi bersama-sama.
6.         Kemudian membahas tema dan isi kaset, sambil juga membenarkan cara penulisan yang telah dilakukan oleh peserta didik.
f.     Model problematika, strategi ini digunakan untuk meningkatkan rasa empati peserta didik pada sesama. Siswa menyimak problem yang sedang terjadi dengan seksama, dapat memahami keluh kesah yang ada, kemudian memberi solusi.
Langkah-langkahnya :
1.         Peserta didik diminta untuk berpasangan.
2.         Peserta didik diminta untuk menyampaikan problem atau keluh kesah yang dihadapi kepada pasangannya masing-masing.
3.         Secara bergantian mereka diminta untuk menyimak solusi dari pasangannya.
4.         Hasil penulisan ditukar dengan peserta didik yang lain melalui sistem cross check.
5.         Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasilnya.

2.3  Tahapan-tahapan Latihan Istima’
Adapun tahapnan-tahapan yang dapat dilakukan dalam latihan istima’ adalah sebagai berikut:[4]
1.      Latihan pengenalan (identifikasi)
Kemahiran menyimak (istima’) pada tahap pertama bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Latihan pengenalan ini sangat penting karena sistem tata bunyi bahasa Arab banyak berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal oleh siswa. Satu keuntungan bagi guru bahasa Arab bahwa umumnya anak-anak Indonesia khususnya yang muslim telah mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab sejak masa kanak-kanak, dengan adanya pelajaran membaca Al-Quran dan shalat. Namun ini tidak mengurangi pentingnya latihan tersebut, karena ternyata pengenalan mereka itu belum tuntas.
Ada bunyi bahasa Arab yang sama dengan bunyi bahasa pelajar, ada yang mirip dan ada yang sama sekali tidak dikenal (asing). Berdasarkan kenyataan ini, guru harus memberikan perhatian khusus kepada bunyi-bunyi yang mirip dan yang asing sama sekali bagi pelajar.
Penyajian pelajaran menyimak bisa langsung oleh guru secara Usan, akan tetapi lebih baik kalau guru bisa memakai pita ekaman dengan tape recorder atau di laboratorium bahasa. Rekaman ini penting karena siswa akan mendengarkan model-model ucapan yang benar-benar akurat, langsung dari penutur asli bahasa Arab. Dengan pemakaian pita rekaman ini, guru akan terhindar dari kelelahan dan juga dari kemungkinan kesalahan atau kekurangtepatan dalam ucapan, hal mana kalau sampai terjadi akan mengakibatkan kesalahan ‘turun menurun'.
Latihan mengenal (identifikasi) ini bisa berupa latihan dengar untuk membedakan (discrimination exercises) pengan teknik mengontraskan pasangan-pasangan ucapan yang hampir sama. Misalnya: Guru mengucapkan atau memutarkan rekaman, pelajar diminta menebak, apakah yang didengarnya itu bunyi A atau B
Contoh
A : أليم
B : عليم
Memperdengarkan satu set yang terdiri dari 4 - 5 kata atau frasa, sebagian mengandung bunyi bahasa yang ingin dilatihkan. Murid diminta mengidentifikasi dengan menyebut nomor kata-kata yang mengandung bunyi tersebut.
Misalnya, untuk mengidentifikasi bunyi (ق) guru memperdengarkan:
1.
مقعد
2.
مقبول
3.
مكتب
Murid merespons dengan menyebutkan angka: satu, dua tiga.
Variasi lain ialah, murid diminta mengidentifikasi apakah pasangan kata yang diperdengarkan oleh guru, fonem pertamanya sama atau berbeda. Misalnya:
Guru / Rekaman Murid
جبين–جميل S
زميل–جمبل S
شيمة–صيام TS
مسجد–مسرح S
مشكاة–مصباح TS
Respons siswa bisa dinyatakan dengan berbagai cara :
·      bisa secara Lisan, segera setelah model selesai diperdengarkan, baik individual maupun klasikal;
·      bisa dengan isyarat jari, misalnya untuk menyatakan angka sati dua atau tiga dan seterusnya,
·      bisa secara tertulis; untuk kemudian diperiksa oleh guru.

2.      Latihan mendengarkan dan menirukan
Walaupun latihan-latihan menyimak bertujuan melatil pendengaran, tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan yang disebut terakhir inilah yang manjadi tujuan akhir dari latihan menyimak. Jadi setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan mamahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. Dengan demikian pelajaran istima’ sekaligus melatih kemampuan reseptif dan produktif.
Dalam tahap permulaan, siswa dilatih untuk mendengarkan dan menirukan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru, ketika memperkenajkan kata-kata atau pola kalimat yang baru, atau dalam waktu yang sengaja dikhususkan untuk latihan menyimak. Latihan menirukan ini difokuskan pada bunyi-bunyi bahasa yang asing bagi siswa, juga pada pengucapan vokal panjang dan pendek, bertasydid dan tidak bertasydid, yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia.
Beberapa contoh:
Latihan pengucapan bunyi ( ق )
Guru mengucapkan murid menirukan
قلم قلم
قمر قمر
Latihan pengucapan vokal bertasydid.
Guru-Siswa
كسر- كس
كسّر- كسّر
Latihan-latihan mendengarkan dan menirukan (listen and repeat /الاستماع والترديد ) ini akan lebih efisien dan efektif kalau dilakukan di laboratorium bahasa, sebab berbagai teknik bisa dipraktekkan. Disamping itu latihan bisa dilakukan secara individual dalam waktu bersamaan, dan siswa dapat membandingkan ucapannya sendiri dengan model ucapan yang ditirunya. Pembetulan ucapan bisa dilakukan oleh siswa secara self correction.
3.      Latihan mendengarkan dan memahami
Tahap selanjutnya, setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan dapat mengucapkannya, latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa yang didengarnya itu. Latihan mendengar untuk pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain:
(a)      latihan melihat dan mendengar (انظر واسمع)
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam, dan pada waktu yang sama memperlihatkan rangkaian gambar yang mencerminkan arti dan isi materi yang didengar oleh siswa tadi. Gambar-gambar tersebut bisa berupa film-strip, slide, gambar dinding dan sebagainya.
(b)      Latihan membaca dan mendengar (اقرأ واسمع)
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam dan siswa membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan. Pada tingkat permulaan, perbendaharaan kata-kata yang dimiliki siswa masih terbatas. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan yang pendek-pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu kompleks.
(c)      Latihan mendengarkan dan memeragakan ( اقرأ ومثّل)
Dalam latihan ini, siswa diminta melakukan gerakan atau tindakan non verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh guru. Kegiatan ini tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari digunakan oleh guru dalam kelas seperti:
اقرأ – أقفل الكتاب – اجلس – اكتبوا – امسح السبورة – افتح الشباك
Ketiga jenis latihan yang bam saja disebutkan, adalah latihan permulaan bagi jenis latihan berikutnya, yakni latihan pemahaman ( فهم المسموع ) yang lebih luas.
(d)     Latihan mendengarkan dan mamahami
Pada akhirnya, mendengarkan sesuatu adalah untuk memperoleh informasi. Infofmasi itu mungkin tersurat/ekplisit, dinyatakan seeafa jelas. Tetapi mungfcin juga tersirat/implisit, yang memerlukan pengamatan dan penilaian lebih jauh.
Untuk mendapatkan informasi yang akurat, dalam arti tepat dan bermanfaat, seorang penyimak harus pandai-pandai memilih dan mengingat hiana yang penting dan mengabaikan apa yang tidak penting, kemudian mengambil kesimpulan.
Ini berarti bahwa menyimak adalah ketrampilan yang dapat dicapai hanya dehgan latihan-latihan. Tujuan latihan menyimak pada tahap ini ialah agar siswa memiliki ketrampilan memahami isi suatu teks lisan dan mampu secara kritis menangkap isi yang dikandungnya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Pada tahap ini, kepada siswa diperdengarkan teks lisan (dibacakan langsung oleh guru atau melalui pita rekaman).
Mereka diminta menyimak, memahami dan kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk menguji pemahaman mereka.

2.4  Prinsip-Prinsip Pembelajaran Istima’
Dalam hubungannya dengan latihan mendengarkan untuk pemahaman ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:[5]
1.      Pendengar menerima informasi melalui rangkaian bunyi bahasa dengan susunan nada dan tekanan penempatan persendian (juncture). Perubahan susunan unsur bunyi dapat mengubah hubungan antarbagian kalimat atau arti kalimat secara keseluruhan. Kita sering menjumpai kalimat tanya yang bentuk dan susuman katanya sama dengan kalimat berita, namun berbeda karena lagu kalimat yang dipakai Dalam pelajaran menyimak henclaknya dipupuk kemampuan siswa untuk menafsirkan makna kalimat melalui unsur-unsur bunyi.
2.      Dalam tutur pembicaraan atau dalam teks yang dilisankan, biasanya terdapat gagasan pokok dan gagasan penunjang. Siswa hendaknya dilatih untuk dapat membedakan gagasan pokok dari gagasan sampingan, contoh dan ilustrasi. Misalnya dengan mengamati ungkapan petunjuk peralihan, seperti dalam bahasa Arab:لأن, لذلك, رغم أن, لأنه dan sebagainya.
3.      Dalam memilih teks lisan hendaknya guru memperhatikan hal- hal berikut:
• usia dan minat siswa
kosakata yang dimiliki siswa
tingkat kematangan dan kecepatan siswa dalam mengikuti teks lisan.
Prinsip pengajaran: dari yang mudah ke yang sulit, dari yang pendek ke yang panjang, dari yang kongkrit ke yang abstrak, sebaiknya dipakai dalam hubungan ini.
4.      Kecepatan yang wajar tentu merupakan tujuan akhir pelajaran menyimak ini, tetapi untuk tahap-tahap permulaan tidak ada salahnya kalau ucapan diperlambat sedikit. Yang diperlambat bukan ucapan kata-katanya, tapi jedahnya yang diperpanjang. Penyajian teks lisan untuk tingkat-tingkat permulaan perlu diulang, kalau perlu sampai tiga kali.
5.      Penggunaan alat peraga banyak sekali manfatnya dan dapat membantu mempercepat pengertian. Tapi ada kalanya alat peraga ini dengan sengaja tidak dipakai agar siswa tidak terlalu banyak menggantungkan diri pada isyarat yang diperolehnya dari alat peraga ini. Dengan kata lain, para siswa diharapkan memahami teks-teks lisan hanya dari isyarat yang diterimanya melalui gerbang telinga saja.
6.      Untuk tingkat lanjut, situasi perlu dibuat mendekati situasi sehari-hari. Gangguan-gangguan seperti background musik atau suara orang lain yang sedang bercakap-cakap, perlu dengan sengaja dimasukkan dalam rekaman. Hal ini tentu memersulit usaha meinahami teks lisan yatig sedang disajikan, tapi itulah realitas dalam kehidupan sehari-hari.
7.      Guru sebaiknya menuliskan kata-kata kunci sebelum pelajaran dimulai dan menjelaskan maknanya. Tentu saja tidak semua kata baru dapat dikatakan sebagai kata kunci dan dijelaskan kepada siswa, karena kesempatan untuk menerka arti kata dari hubungan kalimat perlu juga diberikan kepada mereka.
8.      Guru hendaknya menyampaikan kepada siswa dengan jelas apa yang harus mereka kerjakan. Petunjuk yang jelas akan merangsang para siswa dan menambah semangat mereka untuk berusaha memahami teks lisan yang disajikan guru.
9.      Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap apa yang didengarkannya, maka setiap materi yang disajikan hendaknya dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan. Sistematika pertanyaan untuk pelajaran menyimak ini akan diuraikan kemudian.
10.  Respon atau jawaban para siswa bisa bervariasi. Untuk tingkat-tingkat permulaan, jawaban bisa berupa: gambar-gambar, jawaban lisan dengan bahasa Indonesia. Untuk siswa tingkat menengah atau lanjutan, jawaban dalam bentuk lisan atau tulisan dengan bahasa Arab. Tapi perlu digarisbawahi bahwa tujuan utama bukan hakekat jawaban itu sendiri, tetapi pengertian yang ditunjukkan siswa terhadap teks lisan yang disajikan.

2.5 Stategi Pembelajaran Istima’
Pada umumnya, pembelajaran istima’ disampaikan dengan menggunakan media audio. Hal ini dikarenakan untuk mendatangkan natiq ashli tidaklah mudah, sementara itu jika dilakukan oleh guru langsung yang notabene bukan orang Arab asli, biasanya ada perbedaan logat dengan bahasa aslinya. Media audio yang biasa digunakan adalah tape recorder, CD, dan laboratorium bahasa. Hanya saja, jika dilihat dari pertimbangan efisiensi, maka tape recorder dan CD merupakan pilihan media yang cukup murah dan efektif digunakan. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan 3 macam strategi pembelajaran istima’ dengan menggunakan media audio tape recorder atau CD.
Kemampuan istima’ itu cukup beragam dan bertingkat-tingkat. Yang paling sederhana, istima’ dimaksudkan untuk memperdengarkan bunyi bahasa Arab kepada siswa untuk ditirukan dan dihafalkannya. Dalam pengembangan strategi ini lebih menitik beratkan pada aspek pemahaman dan pengungkapan kembali terhadap apa yang sudah didengarnya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran istima’ ini adalah:[6]
  1. Strategi 1 (True or False)
Strategi ini bertujuan untuk melatih kemampuan mendengarkan bacaan dan memahami isi bacaannya secara global. Dalam strategi ini yang dibutuhkan adalah rekaman bacaan dan potongan-potongan teks yang terkait dengan isi bacaan tersebut untuk dibagikan kepada siswa. Langkah-langkahnya adalah:
·           Bagikan potongan-potongan teks yang dilengkapi dengan alternatif jawaban benar atau salah (B/S).
·           Perdengarkan bacaan atau nash lewat kaset atau CD dan para siswa ditugaskan untuk menangkap isi bacaan secara umum.
·           Setelah bacaan selesai, para siswa diminta membaca pernyataan-pernyataan yang telah dibagikan, kemudian memberikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan tersebut. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan yang didengar, berarti benar, dan jika tidak sesuai maka jawabannya salah.
·           Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.
·           Perdengarkan sekali lagi kaset tersebut agar masing-masing siswa dapat mencocokkan kembali jawaban yang telah ditulisnya.
·           Berikanlah klarifikasi terhadap semua jawaban tersebut agar semua siswa mengetahui kebenaran dari jawaban mereka masing-masing.
  1. Strategi 2
Strategi ini lebih menekankan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengiringi dalam setiap bacaan tersebut. Langkah-langkahnya adalah:
·           Perdengarkan nash yang sudah direkam dalam kaset maupun CD.
·           Mintalah semua siswa untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting.
·           Mintalah semua siswa untuk menjawab soal-soal yang disampaikan pada akhir bacaan tersebut. Jawaban dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis.
·           Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya (presentasi).
·           Berikan klarifikasi di akhir sessi terhadap jawaban siswa.
  1. Strategi 3
Strategi ini tidak hanya menitik beratkan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan, tetapi juga kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarnya dengan bahasa sendiri. Langkah-langkahnya adalah:
·           Perdengarkan nash yang sudah direkam dalam kaset atau CD.
·           Tugaskan kepada setiap siswa untuk mencatat kata-kata kuncinya (keyword) sambil mendengarkan.
·           Setelah selesai, para siswa diminta untuk mengungkapkan kembali isi bacaan tersebut dalam bentuk lisan atau tulisan.
·           Mintalah setiap siswa untuk menyampaikan (mempresentasikan) hasilnya secara bergantian.
·           Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

2.5  Prosedur Pembelajaran Istima’
Ada beberapa petunjuk umum yang harus diperhatikan oleh seoarang guru dalam pembelajaran istima’, yaitu sebagai berikut:[7]
a.       Contoh
Hendaknya guru menjadi contoh yang baik istima’nya.
b.      Perencanaan Pelajaran
Hendaknya guru membuat rencana pelajaran istima’ dengan baik.
c.       Penyajian pelajaran
d.      Variatif dalam komunikasi, tidak hanya terbatas guru dan siswa, bisa jadi antar siswa.
e.       Kejelasan ketrampilan istima’ yang hendak dicapai.
f.       Memperhatikan kondisi siswa. Guru membedakan siswa yang sama sekali belum pernah berbahasa arab dengan siswa yang sudah pernah.
g.      Ucapannya jelas
h.      Irama dan intonasi ketika berhenti. Guru membedakan antara bagaimana menyampaikan materi dengan ketika dalam situasi sesungguhnya.
i.        Mengembangkan kemampuan memperhatikan
j.        Mengulang-ulang (tidak membatasi pengulangan)
k.      Menyenangkan
l.        Guru berusaha mengkondisikan siswa mengikuti pelajaran istima’



BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari paparan pembahasan makalah ini, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagaimana berikut:
·      Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa.
·      Dalam model pembelajaran banyak hal yang bisa dilakukan, seperti guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk membentuk beberapa kelompok agar para siswa dapat berdiskusi dan menyampaikan hasilnya dari masing-masing kelompok.
·      Ada tiga tahapan dalam belajar istima’ yaitu tahap perkenalan, tahap mendengarkan dan meniru, yang terakhir tahap mendengarkan dan meniru.
·      Prinsip dalam pembelajar yaitu, pemdengar dapat menerima informasi yang disampaikan, siswa dapat membedakan ide pokok dan gagasan, pemilihan teks yang sesuai, kecepatan speaker harus diperhatikan, alat peraga hendaknya disiapkan sebagai penunjang media pembelajaran, menyesuaikan dengan keadaan sekitar, guru sebaiknya menuliskan kata-kata kunci sebelum pelajaran dan menuliskan maknanya, guru menyampaikan tentang tugas yang diberikan, materi yang disampaikan sebaiknya terdapat feed back, respon terhadap jawaban siswa.
·      Ada 3 strategi yang bisa digunakan, strategi pertama yaitu Strategi yang bertujuan untuk melatih kemampuan mendengarkan bacaan dan memahami isi bacaannya secara global. Strategi yang kedua yaitu Strategi yang lebih menekankan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Strategi yang ketiga yaitu strategi yang menitik beratkan kepada kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarnya dengan bahasa sendiri.
·      Prosedur perencanaan pembelajaran lebih kepada apa yang harus dilakukan pada saat awal pengajar, pengajaran dan penutup pengajaran.

3.2 Saran
Setelah kami menyusun makalah ini, ada beberapa hal yang kami anggap penting dan dapat kami sarankan kepada pembaca makalah ini, yaitu sebagai berikut:
·      Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas tentang srategi pembelajaran, lebih-lebih studi Pendidikan Bahasa Arab untuk bekal menjadi seorang pendidik kelak.
·      Makalah ini dapat dijadikan panduan guru dalam mengajarkan istima’ agar kondisi pembelajaran dapat menyenangkan dan menarik perhatian siswa/mahasiswa.
·      Makalah ini juga baik untuk dijadikan bahan rujukan, literature bacaan, acuan penelitian dan bahan kajian-kajian kependidikan lainnya.


Daftar Pustaka

Effendy, Ahmad Fuad. 2005. Metode Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo
Hamid, Abdul, dkk. 2011. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN-Maliki Press
Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN-Maliki Press
MyNiceSpace.com, makruf, Imam, Bahan Ajar : strategi Pembelajaran Aktif. Diakses pada: 20 September 2012 pukul: 20.25 WIB
www.slideshare.net. Prosedur dan Tekhnik Pengajaran Aswat Dan Maharah Al-Istima/. Diakses pada: 20 September 2012 pukul: 20.24 WIB




[1] MyNiceSpace.com, makruf, Imam, Bahan Ajar : strategi Pembelajaran Aktif. Diakses pada: 20 September 2012 pukul: 20.25 WIB
[2] Gulo, W. 2002. Strategi Belajar – Mengajar. Jakarta : Grasindo
[3] Mustofa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Hal:123-125
[4] Effendy, Ahmad Fuad. Metode Pengajaran Bahasa Arab. Hal: 129-134
[5] Mustofa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Hal: 126-127
[6] www.slideshare.net. Prosedur dan Tekhnik Pengajaran Aswat Dan Maharah Al-Istima/. Diakses pada: 20 September 2012 pukul: 20.24 WIB
[7] Hamid, Abdul, dkk. Metode Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Hal: 84-85

Tidak ada komentar:

Posting Komentar